Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟎𝟏. 𝐈𝐍𝐃𝐈𝐆𝐎
𝟐:𝟏𝟏 ━━❍───── 𝟒:𝟐𝟑 ⇆ㅤㅤ◁ㅤ❚❚ㅤ▷ㅤㅤ↻
“BISA BERHENTI IKUTIN AKU ENGGAK SIH?!”
“Aku capek! Sana pergi!!”
Bagai kontradiksi lagu lama terputar kembali, situasi mendistraksi untuk lekas menyadari jika diri ini kini tengah menjadi pusat atensi.
Dari sekian banyak pasang mata meminda, aku sungguh benci tatap para tirani yang seolah beri justifikasi jika aku adalah sosok hilang akal. Hingga, luapkan semua invasi emosi tanpa alasan yang diketahui.
Tak usah repot-repot menerka isi kepala mereka seperti apa. Sebab, alasan sudah terjawab depan muka. Sekali pun bibir-bibir hobi menghakimi itu berikan penyangkalan. Gelagat tak bisa berbohong.
Mereka terlalu kentara simpan penasaran, kendati enggan sekadar lempar ayat tanya. Entah pura-pura tak mau tahu, padahal kebalikannya. Atau, terlalu takut, padahal aku bukan orang jahat.
Belakangan, eksis ku serupa kutub magnet. Tarik banyak perhatian bagai sumbu pada inti. Riuh suara itu bukan hal baru lagi.
Seiring berjalannya waktu, raga mulai jejak kata terbiasa. Bukan karena suka dapat perhatian lebih, hanya saja berusaha ambil sikap dewasa, berdamai dengan keadaan.
Meski tak semudah kelihatan, setidaknya aku sudah berusaha. Tidak mengapa jika hasilnya sia-sia. Manusia hanya bisa atur wacana, Tuhan sepenuhnya yang atur alur cerita.
Dengan mantra sederhana yang nyaris setiap hari ku baca; ‘𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘪𝘬-𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘴𝘢𝘫𝘢, 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘱𝘢-𝘢𝘱𝘢’ berangsur-angsur bangkitkan benteng sugestif. Buat benak tak sekacau awal-awal.