Terazono Keita - It's okay, to not be okay

250 65 8
                                    

𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟎𝟐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟎𝟐. 𝐒𝐄𝐁𝐔𝐀𝐇 𝐉𝐀𝐍𝐉𝐈 (𝐄𝐧𝐝)

𝟎𝟎:𝟏𝟐 ○━━───── 𝟎𝟑:𝟒𝟓
⇆ㅤㅤ◁ㅤ❚❚ㅤ▷ㅤㅤ↻

Dalam ramainya hiruk-pikuk antawacana kepala, diam-diam Aressya menaruh beberapa tanya yang sukar sekali untuk ia temukan jawaban akuratnya; semua rentetan peristiwa yang terjadi hari lalu hingga hari ini, termasuk ke dalam kategori kebetulan? Atau, memang ada benang takdir berperan-seperti apa yang sering Tristan katakan?

Sejak kehadiran Tristan di penghujung pagi menuju siang itu, eksistensi si pemuda Juli kerap kali tertangkap oleh radar Aressya. Entah dalam konteks sengaja atau tidak.

Aressya tidak pernah mengerti, lelucon macam apa yang tengah dibuat oleh semesta. Tidak ada angin, tidak ada hujan, bocah ingusan itu tiba-tiba menjelma menjadi salah satu anak magang di bawah wewenang 𝙇𝙞𝙖𝙢 𝙆𝙖𝙚𝙚𝙡𝙚𝙣. Dan secara teknis, Tristan berada di divisi sama dengannya.

Percaya atau tidak, Aressya nyaris mengiling jemari saat memasukkan beberapa helai kertas tak berguna ke dalam mesin penghancur, saking terkejutnya melihat kehadiran Tristan dalam barisan pemagang.

Masih lekat dalam ingatan, nama Tristan Karsaka tidak tertera dalam daftar resume calon 𝘪𝘯𝘵𝘦𝘳𝘯 perusahaan yang sempat ia garap bersama Huta—teman satu divisinya—seminggu yang lalu.

Lantas, bagaimana caranya Tristan bisa hadir, sedang surat lamaran resmi tidak pernah ia dan Huta masukkan ke dalam daftar seleksi?

Ngomong-ngomong, ini sudah hampir satu bulan sejak Ibu meminta untuk pulang dan Aressya belum memiliki niat untuk mengabulkan.

“Ayo makan.” Lengan Aressya tetiba ditarik paksa tepat saat melewati lobi.

Mata kontan berkelana, menengok kiri-kanan. Beruntung, keadaan sekitar sepi sebab jam pulang sudah lama berlalu. Detik berikutnya, Aressya menoleh pada sosok pria berhoodie hitam yang dengan lancang mengamit tanpa perizinan.

“Lepas! Aku ingin pulang!” Nyatanya, tatap tajam serta kalimat sinis tak cukup ampuh untuk memberi somasi kepada manusia pemaksa seperti Tristan.

“Kita belum sempat merayakan masuknya aku ke dalam divisimu.”

“Kau sudah merayakannya dengan karyawan lain!” Seraya ambil langkah menjauh.

“Tapi tidak denganmu. Ayolah ... Kau yang memilih tempatnya dan aku yang mentraktir. Aku baru mendapatkan gaji pertama.” Kartu ATM bergerak tak beraturan di udara.

Malas berdebat panjang, Aressya mengangguk sirah dengan pasrah. “Baiklah ... Tapi kita akan merayakannya di rumah.” Bukan kabar baik beradu argumentasi bersama Tristan. Satu bulan bekerja di bawah naungan sama, membuat Aressya sedikit-sedikit mengetahui tabiatnya.

𝐀𝐍𝐓𝐀𝐖𝐀𝐂𝐀𝐍𝐀 𝐑𝐀𝐒𝐀 (𝘉𝘰𝘺𝘴 𝘗𝘭𝘢𝘯𝘦𝘵 𝘜𝘯𝘪𝘷𝘦𝘳𝘴𝘦) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang