22. susu vanilla

3.7K 116 7
                                    

Jisung duduk terdiam di sofa ruang tengah sambil jarinya terus berselancar di dunia sosial media miliknya, setelah park seuji yang mengganggu acara kenikmatannya bersama lea, kini dirinya dihantui oleh rasa bosan yang mendera. Pikiran jahil terlintas dibenaknya.

Ia tutup handphone dengan kasar diatas meja, berjalan pelan menuju kamar miliknya yang saat ini sudah dikuasai oleh duplikat dirinya sendiri.

Dilihatnya lea yang saat ini tertidur sambil memeluk sang putra. Tangan jisung terulur guna memisahkan keduanya, menggeser seuji sedikit lebih jauh kesamping dari sang ibunda. Jisung terkekeh kecil.

Kakinya terangkat menaiki ranjang. Sebelah kakinya sukses mengapit diantara paha lea dan mulai menjatuhkan diri diatasnya.

"Yang—". Lea terusik.

Sebuah kecupan berhasil jisung layangkan di bibir lea dengan lembut dan sedikit gerakan melumat.

Lea terbelalak tak percaya aksi nekat jisung di samping anaknya yang sedang tertidur. apa memang sangat berat hingga ia tak bisa menahannya sehari?. Tapi tak bisa di pungkiri juga, lea ikut membalas ciumannya hingga mengeluarkan decakan saliva yang menggema. berharap semoga seuji tidak terbangun saat mereka sedang berciuman panas seperti ini.

Ciumannya menjalar pada leher jenjang lea, rasa geli membuat lea harus mati matian menahan desahannya agar tidak keluar dari bibirnya.

"Jie... Nanti seuji bangun".

Ck.

"Tenanglah aku tidak akan berbuat jauh".

Benar saja setelah selesai membuat tanda merah pada dua buah dada istrinya ia menyudahi aksinya dan kembali memeluk lea dengan amat erat. Seraya menelusupkan wajahnya pada perpotongan leher lea sangat lama.

"Udah ? Gih cepetan tidur, nanti seuji bangun lihat papanya merebut pelukan bundanya pasti marah".  Seakan tuli tak mendengar ucapan lea, jisung lebih memilih semakin mengeratkan pelukannya "sebentar saja".

Dan benar yang jisung katakan, dia bangun lalu mengecup bibir istrinya sekilas. Dia tersenyum puas karena aksi jahilnya terlaksana.

"Yaudah aku mau tidur sekarang, tidur nyenyak kamu...". Jisung mendusel-duselkan hidung mancungnya pada hidung mungil milik lea, setelahnya disusul kembali dengan kecupan. Rasanya mengecup lea hanya sekali itu sebuah dosa. Jisung ingin mengecupinya kalau bisa satu menit sekali.

Melirik kesamping dimana seuji tidur pulas tak terusik. Jisung tersenyum sayang. Tangannya ia gunakan untuk membawa seuji kembali berdekatan dengan sang ibu.

"Maafin papa yah^^ papa pinjem bunda dulu barusan". Seraya mengecup keningnya.


Ia langkahkan kaki menuju kamar anaknya, kasur itu sangat pas dengan ukuran badannya tapi mau tak mau ia harus tidur disana, jisung tidak mau mengambil risiko badan yang pegal di pagi hari jika tidur menekuk di sofa.

"Sayang...". Panggil jisung. Tidak keras tapi mampu terdengar sampai ke kamar mereka.

"Apa?".

"Sini dong... Mau permen ga?". Permen coklat isi susu vanilla.

"Gak!".

Malam malam begini emang cocoknya menawarkan lea permen. Jisung tertawa sambil menutupi wajahnya dengan bantal kecil seuji. dan begitulah malam berjalan tenang tanpa gangguan hingga sang fajar menjemput.

Jodohku Jisung || Park Jisung (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang