S2. 11+

3.2K 67 26
                                    

Lea diam mematung melihat jisung sedang membereskan vas yang tidak sengaja tersenggol hingga pecah olehnya. Ia sudah memikirkannya, ia sudah mencoba memahami situasi nya. Tapi hatinya belum juga menemukan titik terang yang ia harapkan.

"Jie...". Panggilnya. Jisung segera berbalik tak lupa menampilkan senyuman manisnya.

"Ayo bercerai".

Senyuman diwajahnya luntur seketika, rautnya seolah menuntut penjelasan. "Gw sudah pikir matang matang dan memutuskan untuk bercerai". Lea terus melanjutkan kata katanya seolah tak mau tahu tentang reaksi jisung yang sudah hampir mencapai batas kesabaran nya. Tangannya mengepal ia masih diam tak berkata apapun.

"Papa, bunda...". Seuji datang di tengah keduanya, ia memegang kedua tangan masing masing orang tuanya yang bersitegang. Niat awalnya ingin mengajak keduanya untuk bermain tapi ia urungkan.

"Seuji... Masuk ke kamar dan kunci pintu nya". Perintah jisung, ia akan menyelesaikan masalahnya berdua dengan Lea. Sebelum itu ia harus memastikan bahwa pintunya sudah benar-benar terkunci.

"Jie... Ayo bercerai". Ucap lea sekali lagi.

Jisung belum melepaskan tangannya dari gagang pintu kamar seuji, ia semakin mengeratkan pegangannya.

"Tarik bicaramu". Lirih jisung.

"Gw mau cerai!".

"AKU BILANG TARIK BICARAMU LEA!". ini pertama kalinya Jisung berbicara sangat keras pada lea, sampai ia sendiri 'pun terkejut dan merasa bersalah. Lea diam, matanya mengarah pada tembok tak berani melihat emosi jisung yang meluap.

"Egois". Cicit lea.

Jisung menengadah, tangannya ia letakkan untuk menutupi kedua matanya yang mulai berair. Walaupun tak bersuara tapi lea bisa dengan jelas melihat jisung mati matian tak memperlihatkan nya.

Sebesar apa perasaan jisung kepadanya hingga ia bisa dengan mudahnya menangis untuk Lea. Lea tak mengerti. Tapi ia juga tidak bisa bersama dengan jisung yang tak ia sukai. Ia sudah mencoba tapi tetap tidak bisa.

Sejak kejadian itu...

Baik lea ataupun jisung keduanya sama sama saling mendiami.

Sejak kejadian itu, jisung jadi sering pergi dari rumah. pergi pagi buta pulang malam temaram demi menghindari surat cerai yang harus di setujui oleh nya.

Hari harinya kalut, bak petir di siang bolong yang terus menyambar dirinya. ia menghabiskan sepanjang waktu di dalam ruangan kantornya. Diam bersandar pada kaca besar tembus pandang dengan background hiruk pikuk kota yang masih padat meskipun sudah hampir tengah malam.

Sekali lagi, sekali lagi ia terlihat sangat frustasi. ia terus menenggak alcohol di tangannya mengabaikan peraturan yang ia buat sendiri.

Matanya menerawang pada gelas bening di tangan. Sambil tertawa lirih. Dia gila karena Lea.

Prangg!

Gelas cantiknya pecah bertebaran di barengi suara nyaring memenuhi ruangan.

"Woi anjeng!!!". Haechan yang sedari tadi memperhatikan di balik pintu tergesa-gesa datang menghampiri.

BUGH!

Tonjokan telak Haechan melayang di perutnya, bahkan cairan bir yang sudah tertelan kembali keluar.

"ugh! Sial!"

🌻 🌻 🌻

pikiran ikut kalut, setelah menghantar seuji tidur di kamarnya rupanya kini lea yang tidak bisa ikut tidur. Jam sudah pukul 11 malam. Belum ada tanda-tanda jisung akan pulang. Jika di pikir pikir lea tidak pernah tahu jam berapa jisung akan pulang. Beberapa hari terakhir lea bahkan tidak pernah melihatnya datang dan pergi saat meninggalkan rumah.

Jodohku Jisung || Park Jisung (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang