S2. 08

732 52 13
                                    

Baru saja bangun dan keluar dari kamar, mark sudah melihat lea di dapur mencari cari sesuatu yang tak kunjung ia temukan. "Cari apa?". Tanya mark dari belakang, ia memangku seuji yang juga baru bangun tidur. Lea tersenyum cerah mendapati anaknya yang manis disana.

"Hei... Sudah bangun ?". Seuji mengangguk ikut tersenyum lebar. Ia merentangkan tangannya ingin pindah pangkuan kepada lea. Sigap lea pun memangku seuji.

"Cari apa ?". Tanya mark sekali lagi.

"Cari p3k".

"Oh... Sekarang tempatnya pindah di lemari depan, sebentar biar abang ambil". Lea mengangguk senang, tumben sekali mark mau membantunya. Hilang ingatan ternyata tidak seburuk itu salah satu hal baiknya adalah bisa memperalat mark.

Mark kembali dengan kotak p3k di tangannya, membiarkan lea membawa nya ke dalam kamar bersama seuji yang ada di pangkuannya. Masuk kedalam kamar ia di kejutkan dengan jisung yang masih bertelanjang dada sambil terlentang.

"Ihh!!! Obatin nih sendiri!!". Kesal lea melempar kotak p3k ke arah kasur. Jisung terperanjat menghindar, hampir saja kakinya terhantam benda keras itu.

"Sayang... Aku ga bisa lihat letak lukanya dimana".

"Makanya jangan aneh-aneh!!".

"Aneh apa? Kayak gini doang dibilang aneh. Kita pernah ngelakuin hal yang lebih aneh aneh".

Seuji sedari tadi hanya diam memperhatikan kedua orang tuanya yang sibuk melempar protes. Ia menghela nafas. "Bunda ayok, bantu papa".

"Tuh!! Anak kita saja ngerti". Jawab jisung merasa menang karena di bela anak satu satunya. Lea merotasikan matanya jengah, ia menuruti ajakan seuji dan duduk di pinggir kasur mulai untuk mengobati luka di pinggang jisung. Jisung terkekeh senang, tangannya tak henti bersikap jahil, diam diam mencolek dan mengusap paha lea yang terekspos.

Plak!

Lea menggeplak luka yang sedang ia obati. jisung meringis keras, lea menyunggingkan sebelah bibirnya puas. seuji yang berada di samping seberang atas tempat tidur melirik jisung.

"Papa Lukanya sakit?". Tanya seuji. Jisung mengangguk menyembunyikan fakta. Lea galak sekali. Baru usap dikit sudah main tangan. Bagaimana kalau tancap dikit, sepertinya akan langsung pindah alam. Ugh mengerikan.

"Sore nanti kita pulang ke rumah yah". Ajak jisung. Lea mengernyit. "Memang kita punya rumah?". Senyuman jisung kikuk, apa lea pikir jisung adalah orang miskin yang menumpang tidur di rumah mertuanya?.

"Tentu saja!". Sewot jisung.

🌻  🌻  🌻

Lea takjub tak percaya, jisung membawanya masuk kedalam rumah bertingkat yang sangat kental dengan tema modern tropisnya. Selama ini ia ternyata tinggal di tempat sekeren ini. "I-ini rumah kita?".

"Hemm...".

Sementara jisung sibuk mengambil kantongan sayur dan buah membawanya kedalam, lea masih diam menganga di depan teras. Jisung menyadari istrinya masih juga belum masuk kedalam pun hanya menatapnya di tengah pintu dengan gemas. Tapi mau sampai kapan lea diam di sana?! Jisung menangkup bahu dari belakang dan memaksanya untuk jalan ke dalam.

"Kamar kita ada di atas, kamu duluan saja istirahat". Titah jisung. Lea mengangguk. Seuji datang menghampiri. "Bunda! Ayok seuji antar".

"Makasih sayangnya bunda^^".

Kamar yang luas, kasur yang empuk benar benar membuat lea tidak habis pikir berapa banyak uang yang jisung keluarkan untuk ini? Lea menyusuri setiap sudut ruangan, ia melirik sebuah lemari baju. Perlahan membukanya, banyak baju baju wanita yang menggantung di dalamnya.

Jodohku Jisung || Park Jisung (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang