S2. 24++

3.7K 38 12
                                    

Ccupp—

Jisung mengecupi setiap jengkal leher lea. Membawanya berbaring diatas ranjang mereka.
Tangannya praktis membuka setiap kancing pada baju yang lea kenakan. Melemparnya ke sembarang arah tangannya juga menarik rok lea yang sangat mudah di lepas.

Tersisa hanya dalaman yang lea kenakan.

Jemarinya menyusuri setiap jengkal kulit lea, membawanya mengawang-awang sampai ke awan. Tangannya kini bermain-main di tali Bra milik lea, antara ragu dan tidak untuk melepaskan talinya.

"Buka jie". Melas lea. Jisung tersenyum tapi sebelum mengikuti apa yang lea inginkan ia terlebih dulu mengecup tulang selangkanya. Jarinya perlahan mulai membuka tali pembungkus itu. Dan saat tangannya beralih membuka celana bawahnya. Jisung berhenti.

"Kamu lagi hamil. Apa gapapa?".

"Katanya gapapa. Asal pelan pelan". Ah. Jisung jadi flashback dimana saat dia menanyakan hal memalukan itu kepada dokter kandungan saat lea hamil seuji. Malu—.

Dia memposisikan lea untuk miring kesamping kanan. Lea hanya menurut. Menekuk kan sebelah kaki kiri lea dan perlahan mulai menggesekkan miliknya.

Basah sekali. Itu yang bisa ia deskripsikan.

Sembari memperhatikan lea, dia menelan ludahnya perlahan.

Apa mungkin karena keinginan dari sang bayi yang merindukan papanya. sial, lembah basah itu benar benar basah dan hangat. Lea memekik kecil, menahan nafasnya saat benda keras itu memasuki dirinya. Lea mendesis ngilu.

"Kalau ga nyaman, bilang sama aku". Peringatnya sebelum mulai bergerak maju mundur.

Lea mengangguk dan mulai mendesah kecil.

"Sshh—". Lea meremas bantal, rasanya geli benar benar geli. Geli karena biasanya dia bergerak cepat tapi sekarang dia bergerak sangat lambat, benar benar laun dan lambat.

"Dia ga bisa lebih cepat?". Tanya lea mupeng.

"Ga bisa. Ini sudah batas maksimum". Bisa frustasi lea jika seperti ini terus. Dia benar-benar bergerak lambat. Lea ingin cepat agar cepat cepat selesai. Tapi lea juga tidak bisa egois dan tak memikirkan kondisinya yang sedang hamil muda.

Lea hanya bisa meremas bantal dengan frustasi. Mendesah dan mendesis pelan.

"Sshh— sayang". Gerakan nya perlahan lebih cepat dari sebelumnya. Mungkin dia juga tidak sadar, tapi berkat itu lea benar-benar secepatnya merasa akan sampai.

"Faster jie".

"No. Baby".

"Ahh— sshh". Lea menggigit bibir bawahnya, rasanya gejolak di inti tubuhnya semakin mendesak. Lea bergerak gelisah. Mati matian ia menahan desahannya agar tidak keluar sangat keras.

"Eunghh".

"Jie— ah!". Nafasnya memburu, tubuhnya bergetar rasanya seperti tersengat aliran listrik. Lea sampai pada puncaknya.

Jisung berhenti sejenak. Menunggu lea mengatur nafasnya. Setelah lea tenang ia kembali bergerak ia ingin menuntaskan miliknya.

Lea kembali mendesah. Oh sungguh siapa juga yang tidak akan mendesah jika suaminya masih maju mundur mengerjai miliknya. mencari kenikmatan pada tubuh istrinya. "Ah—".

"Lea. Sayang—". Nafasnya tersengal-sengal. Suaranya juga putus putus. Meskipun pelan tapi ini tak mengurangi rasa nikmatnya.

"Sayang—".

Lea bergerak gelisah. "Jie— aku mau sampe lagi". Ia tak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan lea. Ia terus memompanya.
Sampai menyadari sesuatu yang hangat dalam milik lea. Ah lea sudah keluar.

Jodohku Jisung || Park Jisung (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang