S2. 06

624 47 15
                                    

Kurang lebih 2 hari sejak kedatangan taeyong ke apartemennya, doyoung menjadi lebih banyak diam. Sosoknya yang selalu jahil sudah tak ada lagi. Lea menghampiri doyoung di ujung ranjang.

"Kamu kenapa?".

Doyoung melirik. Mata indah yang dengan suka rela tersenyum kepada nya semakin membuatnya sesak.

"Ayok cerita!". Ajak lea, tapi doyoung kekeuh menolak. Lea menekuk wajahnya, mengembung kan pipinya, lalu melipat kedua tangannya.

"Yasudah!". Rajuknya.

"Kalau aku mau punya anak, apa kamu akan memberikannya?". Pertanyaan doyoung membuat lea terkejut, ia diam tak langsung menjawab. Doyoung menyadari keterkejutannya kemudian terkekeh pelan.

"Tidak yah? Hem kalau begitu cepat tidur aku akan tidur di sofa". Ia membawa serta bantal dan selimut kecil ke sofa tak jauh dari kasur.

Ada yang aneh dari doyoung. Untuk pertama kalinya doyoung menghindar dan memutuskan tidur di sofa.

🐚🐚🐚

Jeno selaku adik sambung dari doyoung merasa ia harus bertanggung jawab atas apa yang di lakukan oleh abangnya. Ia merasa sangat bersalah kepada jisung terutama seuji.
Ia memutuskan untuk ikut bersama jisung dan sudah beberapa hari juga ia memantau apartemen yang doyoung tinggali.

Jisung memakai sebuah blazer hitam dengan dalam kaos putih, celana jeans dan kacamata hitamnya. Sedang jeno memakai jaket kulit dan celana hitamnya. Mereka bertemu secara langsung dengan sahabat dari doyoung, lee taeyong. Menanyakan beberapa hal untuk memastikan. meskipun terlihat tenang tapi jisung tetap tidak bisa untuk tidak mengepalkan tangan kanannya.

"Bagaimana ini?". Tanya jeno. Jisung melirik balkon apartemen doyoung. Ah ia sudah tidak tahan untuk memberikan nya pelajaran.

"Jalankan sesuai rencana".

"Baik".

Entah apa yang sedang mereka rencanakan, Taeyong hanya berharap sahabatnya itu berumur panjang. Sungguh hanya itu yang ia harapkan.

Taeyong menelan ludahnya yang seret di kerongkongan, suasana di sekitar benar benar menegangkan. Saat itu handphonenya berdering di waktu yang sangat tepat. Ah— tidak, mungkin itu diwaktu yang kurang tepat.
Taeyong melihat siapa yang menelpon nya senyumnya menjadi semakin tegang.

Jeno dan jisung memperhatikan gerak gerik taeyong curiga. "Kenapa tidak kau angkat?".

"Ini doyoung".

"Kalau begitu tunggu apalagi? Cepat angkat". Jisung menginterupsi. Taeyong mengangguk tidak lupa ia juga me-load speaker sambungan teleponnya.

"Bisa datang ke apartemen gw?". Ucap doyoung dari seberang telepon.

"Kapan?".

"Sore ini".

"Baiklah".

Secara mengejutkan doyoung mengajak pertemuan dengan taeyong di waktu yang tepat. Tanpa mau menunggu lebih lama, mereka mulai menyusun rencananya. Jeno akan datang bersama taeyong, sedang jisung pergi ke arah yang berlawanan dalam artian ia tidak langsung menuju apartemen doyoung.

Bertemu lagi dengan Taeyong setelah kejadian yang mengejutkannya. Doyoung menghela nafas panjang sebelum mulai berbicara. Di seberang taeyong melihat sekeliling tidak ada tanda tanda keberadaan lea, sangat senyap.

"Gw mau ngomong sama lo, ini rahasia yang gw simpan seorang diri". Jeda doyoung.

"Ah— gw harus mulai dari mana yah...". Ucap doyoung bermonolog. Sedang Taeyong hanya bisa menunggu.

Jodohku Jisung || Park Jisung (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang