♡MEMBAIK♡

651 37 0
                                    


Ruang inap Alga

Sedari tadi hanya ada suara tangisan yang menggema di seluruh ruangan, dia adalah seorang wanita yang tak terlalu tinggi dengan wajah yang berubah berwarna merah serta mata yang membesar karena sering menangis.

"Diem deh lo kak, telinga gue cepek!" Ujar Alga lemas.

Alesha melototkan matanya, bisa-bisanya ngelawak pas masih sakit "Diem, jangan sok kuat jadi bocah"

"Dih. Lo baru sadar kalau gue emang kuat"

Alesha hanya diam, ia masih bertanya-tanya kenapa hal ini bisa menimpa sang adik.

"Gimana keadaan lo?" Ujar Aksa memecah keheningan.

"Selalu baik gue mah, yang sembab malah istri lo. Aneh banget" ledek Alga yang membuat Alesha melototkan matanya tak terima.

Aksa hanya tersenyum simpul melihat interaksi mereka.

"Eh, Ayah sama Bunda udah tau soal ini belum?" Tanya Alga pada sang kakak.

Raut wajah Alesha langsung berubah, Aksa yang menyadari hal itu langsung mengusap tangan sang istri.

Sembari tersenyum pada sang adik Alesha mengangguk "Tetapi mereka belum bisa pulang, masih ada urusan penting"

Alga tertawa hambar "Apa gue harus ngikut mereka?"

"Ha? Lo ikut mereka? Maksudnya gimana?" Ujar Alesha bertanya-tanya.

Aksa hanya diam, ia tak mau terlalu ikut campur dengan urusan keluarga istrinya.

"Gue disuruh kuliah di Ausie buat gantiin lo"

"Gan-gantiin gue?" Gugup Alesha karena melihat raut wajah Aksa.

"Ya lo kan dulu pengen banget disana kan? Tapi jurusan gue harus kayak Ayah, gue gak mau kak" jelas Alga melirih.

"Maaf, kenapa lo gak cerita sama gue? Terkait semua ini apa berhubungan dengan mereka?"

"Gue gak mau nambah beban pikiran lo aja, lo udah beda status kak. Gak ada sama sekali, tetapi gue rasa ada orang yang nyelakain gue karena lo"

Pasangan suami istri itu menyrengit heran, siapa itu lah yang terbenak di hati mereka.

"Jelasin" titah Aksa pada Alga untuk bercerita runtutan kejadian yang telah menimpa dirinya.

Flashback on

08.30

Setelah dirinya merasa tenang, ia memutuskan untuk kembali ke apartment yang lumayan lama ia tinggali.

Hidup di keluarga toxic ternyata membuatnya membuang energi banyak yang sebenarnya tak berguna.

Di tengah perjalanan pulang, ia merasa ada segerombolan orang yang tengah mengintai dari segala arah.

Ia mencoba tetap tenang dan berusaha menghubungi temannya, kemudian dirinya menambah laju kendaraan untuk memancing ke tempat yang lebih ramai.

Tepat saat tikungan, ia tergelincir dan menabrak batas jalan. Akan tetapi dirinya masih sadar, ia berusaha meminta tolong kepada sekitar.

Sayangnya, tak ada yang mengetahui kejadian tersebut sebab tempat ia kecelakaan masih minim penduduk.

Deringan telepon berbunyi membuat dirinya lega.

"Jalan tak indah no 143, tolongin gue"

"Lumayan jauh, lo tetep tenang dan berusaha sembunyi" balas orang diseberang sana.

AKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang