~Aksa
Rasanya sangat sakit saat jarum itu menusuk tubuh gue, bahkan air mata gue turun lebih dahulu. Namun, rasa sakit ini gak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakit gue ngeliat istri gue terbaring lemah tak berdaya.
"Sudah selesai, tunggu sebentar untuk meliheat hasilnya!" ujar dokter itu yang hanya gue angguki.
Gue menghela napas, rasanya jantung gue berpacu dua kali lipat dari biasanya. Apalagi nyium bau di ruangan bercat putih ini, rasanya pengen muntahin semuanya.
Kurang lebih 15 menit gue duduk termenung dokter datang membawa hasil tes, dari raut udah bisa gue tebak. Walaupun masih ragu, tetapi gue terus berpikir positif.
"Bisa anda lihat di sini" tunjuk dokter pada hasil pemeriksaan.
Gue tersenyum lega, sangat bahagia bahkan. Gak sia-sia gue lawan trauma buat sentuhan sama benda tajam, rasanya gue pengen nangis sekarang.
Baru aja gue berpikir, air mata gue bener-bener keluar. Hati gue sedikit lega, tetapi ngeliat tulisan warna merah itu senyum gue hilang.
Aksa~
"Kenapa dok?" tanya Aksa melirih.
Dokter bernama Dina itu menghela napas, "Kami tidak bisa mengambil sepenuhnya dari anda, karena kebutuhan istri anda sangat banyak"
Aksa terdiam, "Resiko yang saya dapat apa?"
"Anda tidak memiliki cadangan darah pada tubuh, hal ini akan mengakibatkan tubuh anda mudah lelah saat melakukan aktivitas" Jelas dokter itu.
"Hal ini sangat berbahaya bagi tubuh anda, dan bisa saja menyebabkan kematian" lanjutnya.
Lelaki itu mengehela napas kasar, "Tidak masalah, saya akan terima resiko itu. Bisa saat ini juga?"
"Baik karena itu keputusan anda, jika pasokan darah yang sama sudah tersedia akan saya hubungi untuk melakukan trasfer" dokter Dina tersenyum.
Lelaki itu hanya diam, Aksa beranjak dari tempat duduk mengikuti dokter wanita itu menuju ruangan khusus untuk pendonor darah.
Bau yang sangat lelaki itu tak suka kini tercium kembali, lelaki itu berusaha untuk melawan semuanya. Demi kesembuhan sang istri, Aksa akan melakukan apapun termasuk melawan traumanya.
Setelah menidurkan dirinya pada tempat yang tersedia, Aksa kembali bergidik ngeri melihat benda yang di pegang oleh perawat wanita itu.
Rasanya lelaki itu ingin berteriak sekencang-kencangnya saat benda tajam itu masuk ke dalam tangannya, Aksa menggigit bibirnya dan menatap berlawanan.
Dokter Dina yang sudah tau hanya tersenyum, berbeda dengan perawat lain yang terkekeh geli dengan kelakuan pasiennya ini.
Shit!kalau bukan karena kamu, aku gak bakal sudi nyentuh tempat ini.
Umpat lelaki itu dalam hati.¤¤¤¤¤
"Good molning mom, Ale dah ngun lho. Momi tapan?" ujar Ale yang tak mendapatkan balasan apapun dari wanita di depannya.
(Good morning, Ale udah bangun lho. Mommy kapan?)Alga yang memangku sang keponakan tersenyum melihat Ale, namun tidak dengan hatinya.
"Mommy bangun kalau Ale mau mandi terus makan pagi" sahut Alga sembari mengelus rambuh ponakannya.
Ale menatap Alga, "Om Alga oong, dali kemalin gitu telus tapi momi Ale ndak ngun"
(Om Alga bohong, dari kemarin gitu terus tetapi mommy Ale enggak bangun)"Mata mommy ngantuk banget jadi belum bisa bangun deh, nah kata dokter hari ini mommy kamu bangun. Jadi, Alga harus mandi terus makan biar mommy gak sedih" balas lelaki itu menahan sesak di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSA
Romance"Jogja memang istimewa, like you Asa" But why Asa?" "Aksa Sayang Alesha" . . . . . "Sayang, tenang hm" "Ada aku sekarang, kamu udah berhasil buat keluar sayang" "Peluk aku erat, keluarin semua air matanya!" "Kamu hebat Asa" "A-ku hiks ca-p-ek hiks"...