3. Tikus mati

305 21 0
                                    

          Malam harinya disaat semua anak-anak hendak tidur, Deera sempat kebingungan untuk memilih ranjang. Tempat tidur bertingkat dua yang berjejer rapi dihadapannya, sebagian telah diisi oleh penghuni panti yang lain. Di bagian pojok ruangan, ranjang sudah dikuasai oleh geng anak-anak yang mengganggu Deera tadi siang. Sementara disisi lain adalah anak-anak yang sama sekali tidak pernah Deera kenal.

          Ia melihat kanan dan kiri, lalu mengerat pelukan pada bonekanya. Menimbang sebentar sebelum akhirnya berjalan menuju ranjang yang berposisi sedikit agak di tengah.

          Ruang tempat tidur antara anak laki-laki dan perempuan memang dipisah. Gunanya menjaga ketentraman dan meminimalkan resiko hal-hal negatif yang kemungkinan kecil akan terjadi. Penjagaan terhadap anak-anak yang terlelap juga diberlakukan. Terkadang para pengurus panti akan berjaga setiap malam agar mereka tidak keluyuran.

          Deera mencoba untuk tidur. Setelah diberikan instruksi dari penjaga untuk berdoa, ia berusaha memejamkan mata sembari memeluk bonekanya erat. Lampu dimatikan. Suara dengkuran anak-anak lain mulai terdengar. Deera menggigit pipinya dalam sembari mengutuk kenapa hanya dirinya sendiri yang belum tidur.

          Ia menunggu beberapa menit, sampai ketika suara jangkrik mulai menciptakan kebisingan ditengah malam, Deera pada akhirnya menyerah. Efek tak bisa tidur membuat Deera ingin buang air kecil. Ia menggerutu kesal. Pun kemudian karena tak bisa menahan, Deera lalu turun dari ranjang dan meninggalkan bonekanya di sana.

          Gadis kecil itu berjalan menghampiri penjaga yang sedang duduk sembari terkantuk-kantuk. "Tante... tante.." Jemarinya menyentuh lengan penjaga dan menggoyangkannya beberapa kali. "Tante, Deera mau buang air kecil."

         "Eh? Kamu kok bangun?"

          "Mau buang air kecil Tante.."

          Penjaga perempuan yang tampak mengantuk itu kemudian mengerjapkan matanya beberapa kali. Lalu menoleh pada Deera yang tampak menahan buang air kecilnya. Ia menyipitkan mata, "ya sudah, ikut Tante ke belakang ya, jangan sampe ketinggalan. Sini pegang tangan Tante."

          Deera mengangguk lalu menuruti permintaan sang wanita penjaga sembari mengikuti langkah kakinya. Keadaan panti pada malam hari terbilang cukup gelap, hal itu pun membuat bulu kuduk Deera merinding. Sekuat mungkin Deera berusaha untuk mengabaikan lorong-lorong seram panti yang seolah berbisik untuk menakuti dirinya.

          Deera mengeratkan pegangannya pada wanita penjaga. Tak lama kemudian setelah melewati beberapa langkah, keduanya sampai di depan kamar mandi. Deera sontak menoleh pada sang penjaga wanita yang tampak kebingungan melihatnya yang masih belum bergerak sedikitpun.

          "Deera ga masuk? tadi katanya mau buang air kecil."

          Menundukkan pandangannya, Deera lalu bercicit, "takut Tante."

          "Lho, kan lampunya sudah nyala. Tante disini kok, ga akan kemana-mana. Deera masuk ya." Bujukan itu membuat Deera terdiam untuk berpikir sebentar. Ia lalu mengambil langkah untuk masuk ke dalam kamar mandi dengan kondisi pintu yang sedikit terbuka.

          Deera menyahut dari dalam, "pintunya jangan ditutup Tante."

          "Iya iya, ga Tante tutup kok."

          Sekiranya Deera menghabiskan waktu tak kurang dari tiga menit di dalam kamar mandi. Ia seolah tak ingin berlama-lama dengan segala kengerian yang ada di dalam sana. Maka dari itu Deera langsung bergegas keluar dan kembali menggandeng jemari penjaga wanita yang setia menunggunya di luar.

          Saat Deera menggapai tangan wanita penjaga itu, sang empu kemudian tergelak kecil, "Deera takut sama hantu ya? Tenang aja, disini ga ada yang begitu kok."

VINCENT OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang