49. Kawin lari?

72 6 0
                                    



          Malam hampir mencapai puncaknya ketika Deera dan Vincent sudah tiba di rumah baru mereka. Seusai menghabiskan waktu untuk membeli semua perlengkapan rumah yang kurang, keduanya kini beralih untuk membersihkan diri dari keringat yang menempel di badan.

          Segar, namun letih pun datang. Deere berencana untuk memainkan ponselnya di kamar kalau saja tidak mendengar bell rumah mereka berbunyi.

          Aneh sekali. Was was rasanya. Setelah hampir menempati rumah ini selama dua hari, untuk pertama kalinya Deera mendengar bell rumah itu berbunyi.

          Deera melirik kearah belakang, memastikan jika Vincent memang sedang berada dikamar mandi. Karena jikalau saja Vincent berniat mengerjainya dengan hal seperti ini, benar-benar tidak lucu. Deera itu memang bukan orang yang penakut, tapi sekarang situasinya berbeda. Tempat tinggal baru yang belum ia kenali terlalu dalam masih menyimpan banyak misteri tersembunyi yang belum Deera temukan.

          Ting tong!

          Berbunyi lagi!! Perasaan tak menyenangkan seperti kecemasan akut menjalar di dalam diri Deera. Akhirnya setelah berpikir berulang kali, Deera kemudian memberanikan diri untuk berjalan menuju pintu. Membuka secara perlahan tanpa berpikir terlebih dahulu untuk melihat dari jendela.

          Lalu setelah pintu terbuka, terlihat sosok dua orang tua yang sudah lanjut usia sedang berdiri sembari membawa sepiring kue. Deera tentu terbelalak kejut. Ia telah berasumsi akan hal yang buruk, namun fakta yang terjadi sebenarnya tidak seperti itu.

          "H-hai?" Sapa Deera dengan ragu terlebih dahulu.

          Pasangan tua yang memiliki wajah dan kulit keriput itu lantas tersenyum. Mengatakan sesuatu dengan ciri khas suara mereka. "Maaf ya kita berdua ganggu kamu. Nenek sama kakek cuman mau kasih ini." Katanya sembari menyodorkan sepiring kue hangat yang tampak masih mengepulkan asap dibawah cahaya lampu.

          Ragu diawal, Deera pada akhirnya menerima kue tersebut dengan sukacita. Ia tak ingin membuat senyuman kedua manusia yang sudah lanjut usia itu menjadi sirna. "M-makasih ya Nek, Kek. Maaf kalau udah ngerepotin."

          "Enggak papa. Anggap aja ini ucapan terimakasih kami karena kalian udah mau tinggal di daerah sini. Biasanya orang-orang ga pernah mau ditawarin buat tinggal di perumahan kawasan hutan. Tapi kalian pengantin baru, malah mau. Nenek sama Kakek jadi ngerasa ada teman baru." Kata si Kakek tak kalah senang menanggapi ucapan Deera.

          Gadis itu baru saja hendak membetulkan soal kalimat si Kakek yang menyinggung perihal pengantin baru, namun si Nenek lagi-lagi berceletuk, "kamu ga usah malu. Nenek sama Kakek juga ngelakuin hal yang sama waktu kami muda dulu. Kawin lari supaya ga dijodohin lagi. Akhirnya cari tempat tinggal yang jauh biar ga bisa dicari."

          Bukan, mereka bukan seperti itu. Deera dan Vincent tidak kawin lari. Mereka bahkan belum menyandang status pernikahan di antara hubungan mereka. Tapi asumsi orang-orang terhadap keduanya telah berkata salah.

          "Mana suami kamu nak?"

          "S-suami?"

          "Iya.."

          "Ini Vincent Nek." Vincent tiba-tiba saja muncul di belakang Deera. Hanya dengan menggunakan handuk yang menutupi sebagian tubuh. Selebihnya di atas, Vincent tidak mengenakan apa-apa.

          Nenek tentu terkejut namun kemudian ia menutupi keterkejutan menggunakan gelak tawa yang geli. "Ya ampun, ternyata kamu habis mandi?"

          Vincent membalasnya dengan tawa canggung. "Hehe, iya Nek. Mm, Nenek sama Kakek mau ngapain kesini?"

VINCENT OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang