Rasanya hari berlalu begitu cepat. Banyak hal yang terjadi selama 7 hari ke depan—mengandung kenangan untuk disimpan di dalam ingatan.
Selama seminggu itu, beberapa telur anak ayam sudah menetas, beberapa kali cuaca hujan mengguyur bumi, dan beberapa kali pula Vincent menghela nafas memainkan peran sebagai anak yang baik dan penurut di depan semua orang.
Ia seperti bukan dirinya yang dulu yang suka menjauhi dari permukaan. Menyendiri di bawah kesendirian, bertemankan pikiran masa lalu yang gelap menghantui setiap hari. Tetapi kini bak judul buku karya pahlawan emansipasi wanita terkenal di Asia tenggara, yang bertuliskan 'habis gelap terbitlah terang'—Vincent seolah berubah menjadi jati diri yang baru dan tampak dikemas lebih bagus.
Anak laki-laki itu menyeret kakinya untuk mengikuti perkumpulan dari teman-teman yang lain. Mencoba membuka diri walau ada sesuatu yang tersembunyi di dalam tindak tanduknya.
Ia tersenyum, berbicara, bersandiwara layaknya teman yang bersahaja.
"Vin, oper bolanya sini." Permainan bola kaki yang tengah ia lakuni saat ini menjadi jalan pembuktian lain. Vincent sengaja mengikutinya agar aktivitas sehari-hari yang ia lakukan dapat dipantau langsung oleh Ibu Ratna yang tengah mengawasinya dari sebalik jendela.
Mungkin wanita paruh baya itu menyangka bahwa tindakan nekatnya memisahkan Vincent dengan Deera adalah keputusan yang tepat, namun dilain sisi itu malah membangkitkan sesuatu yang tertidur di dalam diri Vincent.
Anak itu jadi memakai topeng yang berlapis. Menghindari prasangka kecurigaan. Sementara dibalik sikap manisnya, Vincent menyembunyikan sejuta rencana.
...
Kesepian melanda Deera tatkala Giselle mendadak pergi bekerja di siang hari. Wanita dewasa itu bilang, ada panggilan mendadak dari atas yang tak boleh diabaikan. Maka dari itu wanita tersebut langsung berpakaian Seragam yang rapi, lengkap dengan atributnya.
Dari lubuk hati yang paling dalam, sejujurnya Giselle tak ingin meninggalkan Deera sendirian di rumah. Sebab hari ini adalah hari terakhir Deera tinggal bersama dengannya. Sebelum akhirnya Deera dipulangkan kembali ke panti asuhan, dan esok hari semua aktivitas mereka akan kembali normal seperti biasanya.
Ia menatap sedih gadis kecil yang sedang memegang boneka di dekat pintu. Berjalan mendekat, lantas Giselle berpesan, "nanti Sore waktu Tante udah balik dari kerja, Tante antar Deera pulang ke panti ya."
"Iya, Tante." Kata Deera.
"Kamu habis ini langsung kunci pintunya, jangan biarin siapapun masuk kalau bukan Tante. Oke?"
"Mm!"
Giselle kemudian tersenyum setelah memberikan usapan lembut yang membuat Deera memejamkan matanya sejenak. Lalu kemudian ia pergi meninggalkan Deera yang telah mengunci pintu dengan rapat, lalu kembali ke ruang televisi untuk menyaksikan program kartun yang sedang tayang.
Sebenarnya setelah tinggal bersama Giselle selama satu minggu, Deera rasanya sangat memiliki keinginan untuk dekat terus bersama Giselle. Hal ini juga turut ia rasakan ketika sedang di dekat Vincent.
Namun kini radar eksistensi anak laki-laki itu mulai perlahan hilang di pikiran Deera. Yang ada dalam kenangannya adalah mengenai kebersamaan dengan Giselle.
Dan tentang Vincent, Deera sebenarnya cukup penasaran dengan kabar dari teman laki-lakinya itu. Karena selama mereka berpisah, Deera tidak pernah mendengar Giselle ataupun Ibu Ratna yang menghubungi lewat telepon—membahas ataupun membicarakan perihal Vincent. Maka dari itu Deera menganggap bahwa keadaan temannya tersebut pasti baik-baik saja. Dan Deera tidak perlu risau memikirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINCENT OBSESSION
RomanceTRIGGER WARNING: THIS STORY CONTAINS SCENES THAT DEPICT SEXUAL ABUSE, MENTAL PROBLEMS AND MORE. READER DISCRETION IS ADVISED!! OBSESSION SERIES #1 .... "Kupikir, mimpi-mimpi buruk yang selama ini kutakuti akan sirna oleh waktu. Tapi ternyata tebak...