28. Keputusan Deera

178 13 3
                                    


          "Aku sayang kamu, Dee. Kalau aku bilang aku cinta sama kamu, kamu mau jadi pacar aku ga?"

          Kalimat itu, pernyataan cinta pertama yang ia dapatkan. Dada terasa sesak seakan udara mengikat paru-parunya dengan erat. Dan jantung, berdetak kencang seperti aliran darah tengah berdesir dengan hebat.

          Deera sulit mengerjapkan mata meski ia sudah berusaha untuk mencoba. Mulut juga terkatup permanen dengan segala kebisuannya. Tak ada jawaban. Hanya ada satu ekspresi dari yang ribuan.

          Vincent sendiri mengerti dan tersenyum kecil melihat itu. Ini sepertinya terlalu cepat. Tapi ia memang tidak sabar menunggu.

          Alhasil di sore sejuk dengan flamboyan yang melambai, Vincent kemudian memberikan kalimat kesempatan.

          "Kamu ga perlu jawab sekarang, aku ngerti kok. Tapi aku bakal nunggu jawaban kamu suatu hari nanti." Hangat, suaranya hangat. "Aku cinta kamu, Deera."


...


          Keesokan harinya semua tidak terasa sama lagi. Rasa canggung saat berhadapan seketika muncul dan hal itu sungguh membuat tidak nyaman. Ia lelah berusaha untuk menghindari tatapan Vincent, atau mungkin barangkali tidak ingin berbicara dengan laki-laki itu untuk sementara waktu.

          Sesuatu di dalam dada Deera bergejolak untuk menyampaikan sesuatu. Ia benar-benar tak tahan dengan segala perubahan ini.

          Ketika pagi hari di saat akan berangkat sekolah, Vincent seperti biasa akan selalu menunggu kehadirannya. Tapi kini laki-laki itu juga melakukan sebuah act service kepada Deera, dengan membawa tas gadis itu seperti seorang pelayan.

          Deera ingin mencegahnya, tapi Vincent lebih dulu berjalan dengan santai sembari menggandeng tasnya.

          "Kamu lagi ada masalah sama Vincent?" Tanya Zizi saat mereka berdua berjalan berdampingan. Sementara Vincent lebih dulu mengambil langkah di depan mereka.

          Deera menggeleng, "engga kok."

          "Tapi kalian kayak lagi diam-diaman gitu? Trus Vincent juga bawa tas kamu." Zizi mendekat, kemudian berbisik, "kalian lagi taruhan?"

          Sekali lagi, Deera menggeleng. Dan Zizi yang dilanda kebingungan oleh gerak-gerik aneh kedua temannya, hanya bisa mendengus dan menatap sinis keduanya.


...


          Selama pelajaran, Deera benar-benar tidak bisa fokus, bahkan saat makan siang pun pikirannya menjadi kemana-mana. Apalagi disaat hendak mengambil makanan, Deera lagi-lagi dikejutkan oleh aksi nekat Vincent yang sedang menempelkan tubuhnya dari belakang.

          Gadis itu sontak membeku. Tangannya tak sempat mengambil beberapa keripik pedas saat laki-laki itu lebih dulu mengulurkan tangannya dari arah belakang. Di posisi yang sedikit ambigu itu, Vincent kemudian melanjutkan aksinya dengan mengeluarkan sebuah ultimatum.

          "Hari ini kamu cantik." Dan disusul kecupan singkat pada rambut Deera. Anehnya, tidak ada satupun orang yang mengetahui hal yang dilakukan oleh Vincent. Kecuali Deera yang hanya bisa menahan mulutnya untuk tidak berteriak histeris.

          Tak sampai di situ saja, perlakuan Vincent yang kali ini benar-benar membuat Deera meleleh adalah ketika mereka pulang dari sekolah. Vincent menghentikan langkahnya, lalu berlutut untuk memperbaiki tali sepatu Deera yang terlihat longgar.

VINCENT OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang