31. Ancaman Zizi

77 10 0
                                    

          "Seminggu lagi ulang tahun kamu yang ke 17, kamu mau apa?" Vincent bertanya pada Deera yang nyaman berada dalam pelukannya. Tengah malam duduk di dalam pondok rahasia, adalah tempat kencan terbaik yang pernah ada.

          Vincent mengenakan pakaian serba hitam, seperti jaket dan celana jeans ketat yang membentuk otot pahanya. Kontras dengan Deera yang hanya memakai piyama tidur lucu ditubuhnya.

          Vincent mengenakan pakaian tersebut dikarenakan akan segera pergi kerja. Jemputan di tengah malam, dan kebetulan Deera yang saat itu terbangun untuk buang air kecil dikamar mandi. Sembari menunggu jemputan, Vincent memutuskan untuk menikmati waktu berdua sebentar dengan kekasihnya di pondok itu.

          Sementara Deera sendiri, menanggapi pertanyaan Vincent tadi mengenai hadiah ulang tahunnya, gadis itu kemudian menjawab, "belum kepikiran maunya apa. Tapi yang pasti, aku mau hidup bahagia."

          Jawaban Deera membuat Vincent tergelak kecil. "Kalau itu aku udah bisa pastiin. Aku jamin kamu hidup bahagia sama aku terus." Deera juga turut tertawa ketika kembali memikirkan jawabannya tadi. "Ayo dong, masa kamu ga tahu pengen apa buat sweet seventeen kamu."

          Menghela nafas, Deera lagi-lagi berpikir keras. Setahun lalu pada saat ulang tahunnya yang ke enambelas, Vincent memberinya hadiah sebuah ponsel canggih keluaran terbaru. Sedikit beresiko memang. Pasalnya pihak panti pasti akan menanyakan darimana asalnya Deera memiliki ponsel seperti itu.

          Maka darinya, setelah Vincent memberikan hadiah ulang tahun Deera secara diam-diam, gadis itu hanya menggunakan benda canggih tersebut sesekali saat akan menghubungi atau berkomunikasi secara sembunyi dengan Vincent.

          Deera terkadang meletakkannya dibawah kasur. Atau mungkin di dalam pondok kain mereka.

          Sebenarnya ponsel yang Vincent berikan tidak terlalu berguna. Karena Deera sendiri harus menggunakannya dengan hati-hati dan itu juga bisa dihitung jari dalam seminggu.

          Tapi setidaknya Vincent membuat Deera dapat mempelajari teknologi di segala kondisi kekurangan mereka. Pikir Vincent, dengan begitu Deera dapat mengetahui bahwa dunia sangat begitu luas. Banyak orang-orang yang memiliki ciri khas dan keunikan di luar sana.

          Namun sekali lagi ini masih dalam keputusan Deera. Bukannya menjelajahi dunia komunikasi dengan orang-orang luar, Deera memilih untuk lebih menggunakan aplikasi kumpulan cerita novel dalam bentuk online.

          Biasanya saat keadaan panti sepi—ketika adik-adik asuhnya pergi bermain di halaman belakang, Deera akan membuka ponsel dan melanjutkan bacaannya. Benar-benar seru. Deera merasa tertantang dengan resiko yang akan ia hadapi jika suatu saat nanti ia akan ketahuan.

          Namun walaupun begitu, Deera lagi-lagi juga sering memperingati diri sendiri untuk sewajarnya saja. Berhati-hati dalam segala tindakan jika tidak ingin mendapatkan masalah. Lalu pada akhirnya tidak ada yang berubah.

          "Kamu mau laptop?" Tanya Vincent tiba-tiba.

          "Laptop?" Deera berpikir sejenak. "Kalau itu susah sembunyiin nya. Nanti aku mau ngecas dimana? Kan kalau HP bisa di semua tempat, trus jarang ketahuan. Tapi kalau laptop.... Engga dulu Vin. Resikonya gede."

          "Iya ya." Vincent mengangguk membenarkan itu. "Nanti aku pikirin lagi beliin kamu hadiah apa. Karena yang penting, sekarang aku mau cium kamu dulu." Vincent mendekatkan wajahnya tanpa ragu.

          Tapi sebelum itu terjadi, Deera lebih dahulu mencegahnya. Ia menutup bibir Vincent yang sudah maju minta dikasihi. "Ga, ga ada cium-cium lagi. Kamu kalau cium ga pernah ada jedanya. Trus kasar juga. Bunda sampai curiga lihat bibir aku bengkak karena kamu cium kemarin."

VINCENT OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang