27. Ungkapan cinta

121 9 0
                                    


          Kejadian itu seperti menempel erat di dalam ingatan Deera. Ia tak mengerti kenapa ada segerombolan anak-anak yang suka menindas dengan cara seperti itu. Apa mereka hanya ingin melakukan kesenangan biasa? Atau hanya berlagak menjadi orang terkeren di alam semesta?

          Selama dalam perjalanan Deera terus memikirkannya. Vincent juga berulang kali memberitahu Deera untuk menjaga jarak dengan lelaki bernama Romi tadi.

          Karena jika Deera kedapatan berinteraksi, ia akan dihantui oleh berbagai masalah yang menantinya dimasa depan. Pertemanan mempengaruhi keterlibatan. Jika Romi menjadi bulan-bulanan, maka Deera pasti akan terkena juga.

          Vincent selalu mewanti-wantinya. Bahkan saat pulang sekolah, Vincent menggandeng tangan Deera—takut jika gadis itu salah langkah. Pasalnya ia tampak termenung dengan pikiran yang masih berpusat pada kejadian tadi.

          Hari ini tak ada obrolan hangat yang patut diperbincangkan oleh keduanya. Kecuali Zizi yang terus mengoceh pada Vincent yang diam membisu menatap kearah Deera.

          "Lagian juga ya, si cupu itu pake ngadu sama guru BK. Udah tahu Jayson itu paling anti yang namanya pengecut, eh malah dibuat ulah." Zizi menggeleng dan masih asik sendiri. "Memang pantes dia dapat keroyokan kayak gitu. Biar jera."

          Mendengar itu, Deera sontak menoleh pada Zizi dengan ekspresi tak percaya. Ia heran kenapa Zizi malah mendukung aksi perundungan yang jelas-jelas sudah salah dimata semua orang. Deera ingin menegurnya, tapi sebelum itu terjadi Vincent lebih dulu mengeratkan pegangan tangan mereka seolah-olah laki-laki itu mencegah Deera melakukan niatnya.

         Alhasil Deera hanya bisa diam. Menatap Zizi dengan ekspresi yang kecewa berat—sementara teman perempuannya itu hanya melanjutkan perjalanannya dengan santai tanpa ada rasa bersalah setelah mengatakan itu semua.


...


          Sesampainya di panti Deera langsung bergegas untuk berganti baju guna membantu Ibu Ratna yang sedang menjemur baju dihalaman. Sementara itu Zizi terlihat asik sendiri dengan berleha-leha di pinggir halaman sembari memandangi Vincent yang tengah mencabut rumput liar dan membersihkan tanaman.

          Dari jenis ekpresi yang Zizi tunjukkan itu, Deera yakin bahwa Zizi pasti sedang menaruh rasa kepada Vincent. Menurut Deera itu cukup wajar. Vincent lelaki tampan, sedangkan Zizi adalah perempuan remaja yang mulai merasakan masa puber.

          Ketertarikan dengan lawan jenis memang biasa terjadi pada usia pertengahan remaja. Deera pun juga pernah mengalaminya. Saat itu Deera menginjak kelas 1 SMP. Ada seorang Abang kelas laki-laki blasteran yang mampu menarik perhatian Deera; si anak perempuan penyendiri dan pendiam.

          Rasa suka kecil yang kemudian sirna karena kehadiran Vincent yang merusak segalanya. Tapi tak lama setelah itu Deera merasakan mati rasa dengan semua presensi laki-laki yang ada. Ia tak memiliki ketertarikan lagi. Sebab setiap kali Vincent berada disisinya, Deera merasa cukup dengan kebutuhan sosok laki-laki. Alhasil ia tak memerlukan yang lain.

          "Dee, kamu lagi sibuk?"

          Saat akan menjemur baju milik adik-adik asuhnya, Vincent tiba-tiba muncul dengan kondisi tangan yang sudah bersih setelah tadinya terkena lumpur tanaman. Deera mengernyitkan dahi. Lalu menggeleng pelan. "Engga, emang kenapa?"

          "Temanin aku beli bahan-bahan presentasi ditoko buku ya. Pakai motor Om Rifki kok."

          Terdiam sebentar, Deera kemudian hendak menjawab, "boleh—"

VINCENT OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang