Beruntung hari ini tanggal merah, Deera dan anak-anak panti yang bersekolah tidak perlu bangun lebih awal untuk menyiapkan diri. Mereka hanya perlu mandi pada jam biasa dan makan menikmati sarapan yang telah disediakan.
Pagi ini Deera tampak tak bersemangat seperti biasanya. Setelah semua yang terjadi tadi malam, semua pola pikir Deera seolah-olah menjadi berubah total. Ia selalu memikirkan Vincent dan masa lalunya yang kejam.
Deera benar-benar tak sanggup untuk hidup seperti Vincent dan mengalami apa yang anak laki-laki itu lewati. Deera yang merasa telah kehilangan orang tua saja butuh waktu yang lama untuk kembali normal. Tetapi Vincent, takdir seolah mengutuk hidupnya dengan memberi kesialan yang teramat kelam.
Dan kini Deera tampaknya harus bersikap yang adil pada Vincent. Anak laki-laki itu sudah banyak membantunya, dan kini Deera harus melakukannya juga.
"Kamu pergi duluan kesini, kok nggak bangunin aku?" Vincent tiba-tiba datang untuk duduk di samping Deera sembari membawa nampan sarapannya. Dahinya terlihat heran. Namun Deera berusaha untuk bersikap normal.
Setelah berdehem, gadis kecil itu membalas. "Tadi udah ke kamar kamu, cuman Naufal bilang kamunya masih tidur. Jadi aku ga tega bangunin."
Vincent mengangguk dan beroh-ria saja. Lalu setelah nya kedua bocah itu melanjutkan sarapan tanpa obrolan lantaran suasana mereka saat ini terasa sedikit canggung. Vincent cukup diam karena menyadari kejadian tadi malam adalah sesuatu yang tidak bisa dilupakan oleh Deera. Sedangkan Deera sendiri hanya berfokus makan karena tak tahu harus membawa topik pembicaraan apa kepada Vincent.
Alhasil mereka menghabiskan sarapan hingga selesai, lalu kemudian mereka berdiri untuk mengantar nampan tersebut pada tempat pencucian piring.
Deera berjalan lebih dahulu, entah apa yang merasuki pikiran gadis kecil itu. Dari sudut pandang Vincent, Deera tampak berjalan dengan tergesa seperti ingin menghindarinya. Vincent bahkan sampai memotong antrian hingga membuat anak-anak panti yang lain kesal karena ulahnya.
"Jangan motong-motong ngapa? Baris di belakang ih."
"Iya, tahu nih si Vincent tiba-tiba ambil tempat orang lain."
"Woi, kita udah antri dari tadi nih."
Cercaan itu membuat Vincent turut merasakan kesal. Ia mengepalkan tangan dan mencoba untuk menahan sesuatu di dalam dirinya. 'Ga boleh sampai kelahi, ga boleh sampai kelahi. Nanti Deera jadi takut sama kamu, Vin!'
Isi hatinya terus menyorakkan itu semua. Meski masih diteriaki oleh anak-anak di belakangnya, Vincent tetap mengambil antrian yang telah ia curi dari tadi.
Demi mengejar Deera, Vincent harus melakukan hal ini.
...
"Kamu ngehindarin aku ya?" Kata Vincent setelah berhasil menggapai Deera yang tengah berdiri di lorong.
"Engga kok. Deera cuman mau cepat keluar biar ga antri. Emangnya kenapa?"
Vincent terlihat tidak percaya, namun anak laki-laki itu mencoba untuk menurunkan ego sembari menceritakan apa yang ia rasakan. "Aku pikir kamu ngehindarin aku karena soal tadi malam. Kamu kayak lari cepat gitu sambil bawa nampan. Makanya aku susul kamu cepat-cepat."
Deera menggeleng menolak pernyataan itu. Meski sebenarnya ia sedikit cukup was-was saat berada di dekat Vincent. Namun pergi berlari lebih dulu dari Vincent bukanlah tindakan yang dilakukan Deera untuk menghindar. Ia memang murni untuk tidak terjebak diantara antrian padat.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINCENT OBSESSION
RomanceTRIGGER WARNING: THIS STORY CONTAINS SCENES THAT DEPICT SEXUAL ABUSE, MENTAL PROBLEMS AND MORE. READER DISCRETION IS ADVISED!! OBSESSION SERIES #1 .... "Kupikir, mimpi-mimpi buruk yang selama ini kutakuti akan sirna oleh waktu. Tapi ternyata tebak...