Deera sering sekali menghadapi situasi dimana dirinya pasti akan selalu menjadi pihak pengantar hadiah dan surat cinta. Sedari dulu, orang-orang yang memiliki ketertarikan terhadap Vincent, atau mengalami fase jatuh cinta berat, pasti akan selalu memberikan yang terbaik kepada sang pujaan hati.
Entah itu berupa hadiah baju, makanan, atau bahkan surat-surat cinta mesra yang berisikan kalimat-kalimat pujangga.
Pernah suatu hari Deera membaca sajak dari seorang anak perempuan—penggemar Vincent, setelah anak itu memohon pada Deera tentang kirimannya. Deera membaca itu dengan kernyitan dahi yang tak kunjung hilang. Ekspresi masam, jijik bercampur menjadi satu.
Sekiranya Deera pikir itu hanya berisi kata-kata manis dan memuja. Tahu-tahu sesuatu yang mengarah pada hubungan dewasa dan hal-hal diluar nalar juga tertulis di dalamnya.
Saat Deera memberitahu perihal itu pada Vincent, pemuda tersebut hanya diam dan mengatakan 'hal yang Deera baca itu sudah sering menjadi teror untuknya'. Tetapi Vincent tak pernah menanggapi dengan serius. Ia hanya menatap bungkusan surat lalu kemudian membuang ke tong sampah. Dan untuk segala jenis hadiah, Vincent selalu memberikannya kepada Deera dan penghuni panti yang lain.
"Nih.." Kata Deera menyodorkan sebuah surat dan juga sekotak permen coklat bermerk mahal.
Seusai sekolah, Deera, Zizi dan Vincent kembali pulang bersama dengan berjalan kaki. Setelah menggunakan bus umum, ketiganya melanjutkan perjalanan sekiranya 8 menit untuk sampai ke panti.
Vincent yang melihat pemberian dari penggemarnya hanya menatap malas dan menggeleng. "Buka aja."
"Ga mau? ini coklat lho." Deera bersikeras.
"Cuman coklat, bukan batang emas. Makan gih."
Deera tersenyum dan mengiyakan perkataan Vincent. Secepatnya ia membuka kotak coklat tersebut sembari membaginya dengan Zizi. "Kalau dipikir-pikir, mereka ga cape ya kasih kamu hadiah terus. Padahal udah jelas-jelas kamu nolak mereka. Sayang lho, keluar duit beli beginian, ga dikit." Kata Zizi.
Deera mengangguk. "Cape-cape bikin surat, tapi ga di baca. Keknya kamu harus sesekali bilangin ke mereka."
"Percuma Dee." Balas Zizi. "Anak-anak SMA itu beda sama SMP. Kalau SMP mau nurut sekali dibilangin, kalau SMA susah. Vincent malah udah kasih tahu ke mereka berkali-kali, tapi merekanya tetap ngeyel ngejar-ngejar Vincent."
Sembari membersihkan tangannya dari bubuk coklat, Zizi melanjutkan, "lagian tuh ya, aku juga udah pake bohongin mereka buat bantu Vincent, aku bilang gini, "Vincent itu ga suka sama cewe, dia itu homo. Trus kamu tahu mereka jawab apa."
"Apa?" Tanya Deera.
"Mereka malah tambah seneng. Mereka tetap ga berhenti ngejar Vincent sampe-sampe pernah nyelipin celana dalam dilaci meja."
"Ih, itu beneran Vin?" Deera jijik dengan tingkah laku berlebihan penggemar Vincent ini. Benar-benae di luar nalar.
"Iya."
Terkadang Deera juga kasihan melihat Vincent yang tak memiliki ruang privasi akibat perempuan-perempuan gila itu. Mereka dengan seenaknya mengumbar rasa cinta berlebihan tersebut tanpa tahu jika seseorang yang mereka gilai itu sering terganggu.
Miris.
"Eh, kemarin Bunda pernah nitip beli tepung ya?" Tanya Vincent tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINCENT OBSESSION
RomansaTRIGGER WARNING: THIS STORY CONTAINS SCENES THAT DEPICT SEXUAL ABUSE, MENTAL PROBLEMS AND MORE. READER DISCRETION IS ADVISED!! OBSESSION SERIES #1 .... "Kupikir, mimpi-mimpi buruk yang selama ini kutakuti akan sirna oleh waktu. Tapi ternyata tebak...