43. Pelukan menenangkan

63 8 0
                                    



          Sekolah heboh dengan berita mengejutkan yang baru saja menyebar begitu cepat. Seorang siswi jatuh dari tangga dengan kondisi kepala berdarah akibat terlibat sebuah perkelahian yang dilakukan oleh siswi lainnya.

          Deera. Kini duduk terdiam di dalam ruangan kepala sekolah dengan para staff yang panik dengan kejadian ini. Gadis itu hanya bisa merunduk hening. Melihat lantai dengan suara gerasak gerusuk yang memasuki indera telinganya, suasana menjadi tidak kondusif tatkala kepala kepolisian ingin datang menyambangi sekolah tersebut.

          Semua orang heboh. Pun kenyamanan belajar mengajar menjadi terganggu.

          "Siapa yang bertanggungjawab atas anak ini?! Mana gurunya?"

          "Pak Suryo sedang dinas diluar kota, Pak. Beliau hanya menyuruh siswa kelas 2 untuk berolahraga sendiri diluar lapangan."

          "Hancur sudah reputasi sekolah. Pokoknya saya mau berita ini ga sampai ke telinga orang-orang luar, apalagi badan pengawas kependidikan. Biar kepolisian saja yang mengurusi semuanya."

          Tangan kanan kepala sekolah itu mengangguk dengan gagap. "B-baik, siap Pak."

          Disisi lain, Deera duduk sendirian. Menonaktifkan fungsi rungu atas yang terjadi disekitarnya. Ia bahkan tak merespon akan kemarahan yang diluapkan oleh kepala sekolah.

          "Kamu ini anak yang ga tahu diuntung ya! Berani-beraninya ngerusak reputasi sekolah saya dengan sifat kurang ajar kamu itu! Seumur hidup, saya ga pernah liat anak serba kekurangan kayak kamu ini ngelakuin hal diluar batas. Ini enggak!! Kamu malah bertingkah seenaknya! Kamu pikir ini sekolah bapak kamu!"

          Terlihat nafas yang tersenggal seusai meluapkan amarahnya pada Deera. Belum selesai, lagi-lagi sebuah kalimat kembali terucap dengan kasar. "Kamu cuman tinggal di panti, enggak berkontribusi untuk pihak sekolah, sekarang, mau bikin masalah. Jadi apa kamu pas dewasa nanti. Preman?!" Kalimat yang tak seharusnya keluar dari mulut orang berpendidikan. Namun sifat manusia yang sudah rusak akan rela mengatakan apa saja demi mengalahkan lawannya.

          Pria tua berperut buncit itu menyebalkan. Selain suka mengambil hak siswa yang kurang mampu untuk keuntungannya sendiri, ia terkadang juga bersifat tak wajar dengan siswi perempuan. Terutama yang memiliki wajah dan proporsi tubuh yang good looking.

          Sebut saja seperti Zizi. Bisa dibilang perempuan itu memiliki hubungan khusus dengan kepala sekolah. Terutama dalam hal nilai.

          Semua orang juga tahu bahwa Zizi dan circlenya sering berbuat ulah di dalam sekolah. Namun tidak terlalu mengerikan seperti yang mereka lakukan pada Deera. Selain itu kelompok nya juga terkenal karena pertemanan solid dan juga setia.

          Bahkan untuk bolos saja, mereka sering melakukannya bersama-sama. Tak heran jika guru Bk sering memanggil mereka untuk diberi peringatan.

          Tetapi entah mengapa nilai akademi Zizi beserta teman-temannya selalu tinggi. Mereka seperti melakukan kecurangan halus. Yakni dengan mendekati dan menjilat kepala sekolah.

          Entah apa yang terjadi antara Zizi beserta circlenya dengan kepala sekolah, tetapi yang pasti, semua orang sedang berpihak pada Zizi. Termasuk kepala sekolah yang saat ini bertanggung jawab penuh atas luka insiden perkelahian yang di alami oleh perempuan itu.

          "Deera.. Deera!!" Ibu Ratna dan Giselle tampak terlihat cemas saat memasuki ruangan kepala sekolah. Dan saat kehadiran mereka, barulah Deera berani untuk mengangkat kepala serta tidak menatap kesatu arah saja.

VINCENT OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang