Dengan perasaan gugup dan campur aduk nya, Deera memanggil nama perempuan itu dengan kikuk. "Zi-zi?"
"Kamu cewek paling bajingan yang pernah aku temuin, Dee. Kamu benar-benar ga pantas disebut seorang teman."
Kalimat penghinaan dengan raut penuh ekpresi kecewa yang ditujukan padanya, membuat Deera memundurkan langkah dengan perasaan rumit yang berkepanjangan.
Ia sama sekali tak memprediksi bahwa Zizi akan berada di hadapannya setelah perempuan itu sudah melihat apa yang terjadi.
Tenggorokan Deera tiba-tiba menjadi kering, ia kesulitan untuk menelan saliva saat perasaan bersalah itu langsung saja menimpa dirinya. Apalagi dengan keberadaan Zizi yang memasang raut kesal bercampur dengan dendam, Deera yakin bahwa malam ini akan berakhir begitu buruk untuk kelanjutan hidupnya di esok hari.
"Kenapa? Kaget? Heran kenapa aku tahu soal kebusukan kamu, huh? Kamu pikir kamu bisa tipu aku lagi pake wajah sok polos itu? Kamu pikir aku bodoh?!" Zizi mengambil langkah ke depan untuk menggertak Deera.
Memojokkan gadis yang selama ini ia anggap menjadi temannya (catatan : teman babu). Karena selama mereka berada di panti, Zizi lah yang terlebih dahulu menginjakkan kakinya disini. Oleh sebab itu Zizi menganggap anak-anak perempuan lain yang baru datang dan tinggal, adalah sebagai bawahannya.
Dan Deera, juga termasuk ke dalam daftar peraturan yang ia buat secara pribadi itu.
Namun melihat Deera yang telah menyepelekan ancaman serta perkataan yang ia keluarkan dari mulutnya sendiri, Zizi sungguh tidak bisa menahan lagi.
Sejak menguping dan mengetahui kebenaran yang ada, Zizi sudah mempersiapkan diri untuk melabrak Deera. Memberikan pelajaran agar gadis itu bisa mengetahui posisinya berada dimana.
Dan sekarang, Zizi ingin sekali menjambak rambutnya. Kedua tangan itu hendak menggapai dan menggenggam surai yang lepas itu. Namun betapa terkejutnya Zizi saat Deera berani menepis tangannya dengan kuat.
Gadis itu kini seolah tengah melawannya.
"Kamu—"
"Kenapa? Ga terima? Iri karena Vincent lebih milih aku daripada kamu?! Emangnya kamu pikir Vincent bakalan suka sama cewe yang senang nindas orang lain? Asal kamu tahu ya, aku sama Vincent udah saling suka dari dulu, bahkan sebelum kamu nyatain perasaan suka sama dia!" Deera mengatakannya dengan menggebu-gebu. Namun ia masih menjaga notasi suara agar tak membangunkan seisi panti.
Perasaan jengkelnya terhadap sikap Zizi yang selama ini semena-mena, telah membangkitkan rasa keberanian Deera. Setelah menindas dirinya sebagai pekerja bawahan, dan berpura-pura menjadi sahabat baik dengan memiliki muka dua, Deera benar-benar tidak tahan lagi.
Apalagi kini masalah yang mereka perbincangkan mengenai hubungannya dengan Vincent.
Memangnya Zizi siapa? Kenapa Deera takut padanya?
"Kamu berani sama aku?!"
"Iya, kenapa? Kaget? Kamu pikir aku bakal diam aja?"
Zizi tampak kehabisan kata melihat tingkah Deera yang menurutnya sudah diluar batas. Perempuan itu kemudian menyunggingkan senyum miring dengan berucap kata meremehkan.
"Kamu cari perkara sama orang yang salah, Deera. Berani punya hubungan sama laki-laki yang aku suka itu sama aja kamu ngibarin bendera perang sama aku." Zizi berucap pelan penuh intimidasi. "Perlu kamu tahu, cuman aku yang pantas buat jadi pacar Vincent. Karena aku punya kerja keras buat dapatin dia, sedangkan kamu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
VINCENT OBSESSION
RomansaTRIGGER WARNING: THIS STORY CONTAINS SCENES THAT DEPICT SEXUAL ABUSE, MENTAL PROBLEMS AND MORE. READER DISCRETION IS ADVISED!! OBSESSION SERIES #1 .... "Kupikir, mimpi-mimpi buruk yang selama ini kutakuti akan sirna oleh waktu. Tapi ternyata tebak...