Sejak kejadian malam itu, Deera merasa bahwa Vincent sedikit berbeda dari yang sebelumnya. Vincent menjadi lebih protektif, terlalu sering melakukan skinship dan juga tidak bisa tenang jika Deera tidak ada di sampingnya.
Dulu Vincent memang seperti itu, tapi sekarang dia berada di dalam tingkatan yang sangat berbeda. Menjadi berlebihan dalam segala hal. Bahkan ketika Deera ingin pergi ke kamar mandi saja, Vincent turut mengikuti. Sebatas menunggu di luar, namun hal itu sedikit mengganggu Deera.
Ia tak tahu apa yang membuat Vincent seperti orang yang takut akan kehilangan. Padahal Deera ada disisinya setiap waktu. Mereka berbagi ruang yang sama, tempat yang sama, bahkan Vincent sendiri tahu bahwa tingkat melarikan diri dan kaburnya Deera dari tempat ini sangatlah kecil.
Tapi kembali lagi pada pemikiran awal. Untuk apa Deera kabur? Adakah guna?
Tidak! Tentu tidak! Memangnya Deera akan kemana lagi selain bergantung pada Vincent untuk bertahan hidup di dunia ini? Mereka sudah melarikan diri. Menciptakan sebuah masalah yang sebelumnya pasti tidak pernah terpikirkan oleh siapapun.
Lantas kenapa Vincent sangat takut. Apa yang membuatnya begitu ingin mengurung dan mendekati Deera sepanjang waktu bersamanya? Bahkan Deera sendiri saja tidak memiliki niat pergi dari kediaman mereka.
Menghela nafas lagi. Sulit rasanya. Apalagi kini Vincent tengah memeluknya dari belakang. Seharusnya hari ini mereka melanjutkan kerja mengurusi halaman depan, namun entah mengapa Vincent memilih untuk bermalas-malasan sembari menonton televisi di sofa.
Dengan Deera yang duduk berpangku di atasnya, sementara Vincent dengan sukarela menjadi tempat sandaran—asalkan ia dapat memeluk Deera sepanjang waktu.
Memainkan jemarinya untuk mengusap perut yang ramping itu. Mengendus punggung dan terkadang memberi beberapa kecupan sayang pada tengkuk kekasihnya.
Candu sekali. Vincent seakan rela melakukan hal seperti ini untuk setiap hari.
"Muah, muah..." Bunyi kecup laki-laki itu.
Sementara Deera yang sudah bosan untuk mengutarakan perasaan terganggunya hanya bisa diam dan duduk tenang sembari menonton siaran televisi yang menayangkan serial drama lokal.
"Hmm, kamu wanginya kayak sabun."
"Namanya juga mandi." Deera menjawab ketus. Karena sudah suntuk mendengar Vincent yang selalu memujinya seperti ini setiap hari.
Vincent lantas tak tersinggung dengan jawaban itu. Ia justru semakin merasa gemas akan Deera yang pasrah saja dengan segala perbuatannya. Vincent terkekeh kecil sembari mengerat pelukan, membuat tubuh mereka menjadi semakin rapat.
"Udah ih, aku mau ke kamar mandi dulu."
"Ngapain?" Tanya Vincent yang belum melepaskan wajahnya dari tengkuk Deera.
"Mau buang air kecil lah, emangnya ngapain lagi?"
"Oh." Setelah ber oh ria seperti itu, lantas Vincent dengan mudah melerai Deera yang ingin beranjak dari tubuhnya. Tapi seperti di awal, Vincent tetap tak membiarkan gadis itu pergi sendirian. Vincent mengikutinya. Mengambil tangan Deera saat gadis itu hendak pergi berjalan.
"Ngapain ikut?"
"Mau ke kamar mandi juga."
Deera kesal dengan jawaban itu, entah fakta atau tidak, Vincent juga tetap seperti mengganggunya. Bahkan untuk urusan kecil seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINCENT OBSESSION
RomanceTRIGGER WARNING: THIS STORY CONTAINS SCENES THAT DEPICT SEXUAL ABUSE, MENTAL PROBLEMS AND MORE. READER DISCRETION IS ADVISED!! OBSESSION SERIES #1 .... "Kupikir, mimpi-mimpi buruk yang selama ini kutakuti akan sirna oleh waktu. Tapi ternyata tebak...