18. Hari tanpa kebahagiaan

87 10 0
                                    

          Deera mengerjapkan matanya saat siluet cahaya masuk melalui retina. Gadis kecil itu menguap besar, matanya kembali menutup saat rasa nyaman itu menyelimuti dirinya.

          Setahu Deera ranjang di panti tidak pernah se empuk dan sewangi ini. Apa mungkin karena Kira baru menggantinya dengan yang baru?

          Deera benar-benar penasaran akan hal itu. Ia segera membuka mata dan memastikan. Namun yang didapatinya adalah sebuah keterkejutan. Deera hampir saja menangis ketakutan kala menemukan dirinya sudah berada di tempat yang asing.

          Bukan, bukan tempat asing yang menakutkan. Hanya saja tempat ini bernuansa nyaman dan begitu tenang. Deera tentu panik dan kebingungan.

          Segera ia turun dari ranjang yang selembut kapas itu, lalu menarik Lulu yang ternyata juga ikut bersama dirinya di tempat tak dikenalinya ini. Rasa nyaman yang tadinya mensugesti pikiran Deera, kini berubah canggung saat ia menyadari bahwa semua ini bukanlah mimpi.

          Tidak ada anak panti, atau Kira yang biasanya datang membangunkan Deera untuk mandi.

          Ceklek.

          "Deera, kamu udah bangun?"

          Deera sontak menoleh kearah belakang. Berseru kaget menemukan Giselle yang ada disana. "Tante Polisi?!"

          Giselle tersenyum. Ia mendekat dan mengambil tempat duduk diranjang sembari membersihkan kedua mata Deera yang memiliki kotoran. "Kamu lapar ga? Ke bawah yuk, Tante udah bikin nasi goreng buat kamu."

          Deera mengerjap, ia lalu menoleh kearah belakang untuk melihat pintu yang tampak terhubung dengan tangga menuju ke lantai dibawah. Lalu setelah ia menghadap Giselle lagi. "Ini rumah Tante ya?"

          Giselle mengangguk. "Iya, ini rumah Tante, kenapa?"

          "Kok Deera bisa ada disini? 'Kan Deera kemarin tidur di kamar panti."

          Yang bisa dilakukan Giselle hanya tersenyum dan mengusap kepala Deera dengan lembut. "Tante minta izin Bunda buat bawa kamu kesini. Tante mau kamu tinggal sama Tante buat sementara aja."

          Deera memiringkan kepalanya. "Buat apa?"

          Mengendikkan bahu, Giselle menjawab, "ya buat seru-seruan aja. Tante cuman pengen habisin waktu libur Tante sama kamu. Karena biasanya waktu libur panjang Tante itu sendirian, jadi Tante bawa kamu kesini."

          Mata Deera mengerjap, ia mencoba mencerna kata demi kata yang diucapkan Giselle di dalam pikirannya. Ada seutas keinginan hatinya yang meragukan semua ini. Tetapi setelah berpikir kembali, Deera akhirnya memilih menghela nafas dan membiarkan Giselle merawat dirinya dirumah ini.

          Kejadian hari ini tentu berhubungan dengan yang lalu. Saat Ibu Ratna menasehatinya tentang tingkah laku tak wajar seorang laki-laki yang selalu melakukan kontak fisik dengan perempuan. Wanita paruh baya itu membahas mengenai dirinya dan Vincent.

          Pemilik panti itu bilang, batasan pertemanan antara laki-laki dan perempuan, ada garis tertentunya. Pubertas menandai sebuah perubahan fisik maupun sikap seorang anak. Mungkin kuadrat nya, anak perempuan saat ini belum merasakan apa yang dimaksud kan Sedangkan anak laki-laki, mereka diberi waktu lebih cepat. Sehingga perlu adanya tindakan pencegahan agar sesuatu yang buruk tidak pernah terjadi.

          Jujur saja, Deera belum mengerti sepenuhnya akan penjelasan itu. Tapi yang pasti, Ibu Ratna menginginkan Deera untuk menjaga jarak dengan Vincent. Terutama dalam sentuhan fisik.

VINCENT OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang