Ketahuan karena Vincent mencium pipinya, membuat Deera merasa panik. Ia sebenarnya tak tahu mengapa harus panik, tapi instingnya memerintahkan hal itu. Ia cemas ketika Rafli berlari menjauhi mereka sembari berteriak kepada orang-orang.
"VINCENT SAMA DEERA CIUMAN!! TADI AKU LIHAT MEREKA GITU!!"
Anak-anak yang lain tampak bingung. Namun setelah dengan jelas mendengar apa yang Rafli katakan, ekspresi mereka berubah menjadi shock. Apalagi saat itu Zizi langsung menutup mulutnya seolah ia merasa tidak percaya.
Lalu ketika Deera dan Vincent keluar dari bawah meja, anak perempuan dengan rambut pendek itu langsung menuding, "kalian ciuman ya!?"
Deera bingung dan panik. Namun kemudian Vincent membenarkan semuanya. Ia dengan mudahnya berkata, "iya, emangnya kenapa?"
"Ih mereka pacaran!!"
"Cepat kasih tahu Bunda!!"
Salah seorang anak bernama Farel berlari meninggalkan mereka. Ia tergesa-gesa seperti dikejar masa. Sementara Vincent sendiri hanya mendengus jengkel memperhatikan bagaimana anak-anak panti yang lain heboh hanya karena hal ini.
Mereka terlihat syok, dan menurut Vincent reaksi mereka sangat berlebihan. Apalagi Deera yang tampak bimbang dan penuh keraguan saat Vincent ketahuan mencuri ciuman di pipinya. Gadis kecil itu rasanya ingin pergi saja. Tapi Vincent sedari tadi tengah menahan tangannya agar Deera tidak bisa melarikan diri kemanapun.
Anak laki-laki itu seakan menantang orang-orang yang menganggap bentuk perlakuan dirinya kepada Deera itu tidak wajar. Padahal mereka berteman. Vincent bebas memperlakukan Deera bagaimanapun. Karena sejak awal, Deera adalah kepunyaannya. Dan itu tidak bisa diganggu gugat.
Selang beberapa saat setelah Farel berlari mengadukan semua ini pada Ibu Ratna, kini wanita paruh baya itu datang dengan berjalan tak kalah cepatnya. Ia terlihat cemas. Apalagi saat dirinya tiba di lokasi, lalu menemukan Vincent yang masih menggenggam tangan Deera, cepat-cepat pemilik panti itu menghampiri mereka.
"Vincent, tadi Farel ngadu sama Bunda kalau kamu cium-cium pipinya Deera. Itu benar?"
"Bukan cium-cium aja, Bunda. Tapi ciumannya sambil peluk-pelukkan dibawah meja." Tambah Rafli memanasi.
Vincent langsung memberikan tatapan membunuh pada anak laki-laki seumurannya itu. Ia benci saat orang lain mencampuri urusan hidupnya.
"Astaga, Vincent jawab Bunda." Pinta Ibu Ratna lagi.
Vincent kemudian mengalihkan pandangannya pada wanita pemilik panti yang menuntut klarifikasi. Ia menghela nafas dengan pelan, lalu sembari mengangguk santai, anak laki-laki menjawab, "iya, aku cium Deera dibawah meja. Kenapa? Kan Deera temanku."
Ibu Ratna tampak bimbang. Ia kemudian menengahi. "Iya Bunda tahu kalian temanan. Tapi Vincent, kamu juga ga boleh sembarangan cium orang, apalagi kalau itu anak perempuan. Itu dilarang."
Merasa dihakimi, lantas Vincent membalas, "kenapa ga boleh? Waktu sebelum tinggal disini, Papa aku sering cium Mama. Trus waktu malam-malam, aku sering liat Om Rifki cium Tante Kira. Kenapa aku ga boleh cium Deera?"
Ibu Ratna membelalakkan matanya. Ia terkejut mendengar pernyataan Vincent mengenai hubungan Rifki dan Kira yang ternyata sedang terjalin di belakangnya. "K-kamu liat mereka apa?"
"Ciuman, dekat kamar mandi anak perempuan. Aku iseng cari Om Rifki buat temanin kekamar mandi, tahu-tahu lagi berduaan sama Tante Kira. Makanya ga jadi." Terang Vincent dengan panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINCENT OBSESSION
RomanceTRIGGER WARNING: THIS STORY CONTAINS SCENES THAT DEPICT SEXUAL ABUSE, MENTAL PROBLEMS AND MORE. READER DISCRETION IS ADVISED!! OBSESSION SERIES #1 .... "Kupikir, mimpi-mimpi buruk yang selama ini kutakuti akan sirna oleh waktu. Tapi ternyata tebak...