13. Apa yang dilakukan Vincent?

126 10 0
                                    


          Sudah sebulan semenjak tragedi kematian ayam-ayam yang mendadak. Kini peternakan sudah kembali normal seperti biasanya. Banyak telur-telur ayam yang sudah menetas dan anakan ayam juga semakin bertambah.

          Berhubung hari libur, pagi harinya Vincent dan Deera memberikan pakan kepada anak-anak ayam yang baru berumur seminggu. Mereka menabur pelet bubuk disekitar tanah menggunakan sarung tangan plastik yang sudah disediakan oleh Rifki.

          Sekiranya hampir satu jam mereka melakukan itu, sebelum akhirnya beristirahat di dalam panti, tepatnya di ruang utama.

          Tapi bukannya beristirahat atau merehatkan diri sejenak, kedua bocah itu malah bermain Papa dan Mama yang kesekian kalinya.

          Bedanya kali ini mereka tidak menggunakan alat-alat bekas yang kotor, melainkan mainan rumah tangga sungguhan yang dibeli oleh Giselle beberapa hari yang lalu.

          Mainannya terbilang cukup lengkap. Ada beberapa benda yang berbentuk buah dan sayur yang terbuat dari plastik. Lalu panci, kompor, spatula, serta sendok dan piring yang banyak.

          Keduanya senang memainkan itu. Apalagi Deera yang masih memerankan seorang istri yang harus memasak untuk suaminya—Vincent.

          "Nasi goreng sayurnya udah jadi. Ini untuk Papa." Kata Deera sembari menyajikan piring yang berisikan sendok dan sayur plastik.

          Vincent menerima nya dengan senang. "Makasih Mama..nyam nyam nyam......." Ia bahkan juga memakan masakan pura-pura itu dengan lahap. Walau dalam konteks tidak asli, setidaknya mereka benar-benar menikmati waktu berduaan di siang hari.

          Namun perlu diketahui bahwa ada sisi negatif yang mereka dapatkan dari semua permainan itu. Apalagi kalau bukan tatapan iri dan dengki dari anak-anak lain yang merasa diacuhkan. Deera yang bernotabene sebagai anak istimewa dari sang Polisi selalu dimanjakan. Ia diberi fasilitas yang lebih dan hal itu membuat yang lain merasa tak terima.

           Terutama mainan rumah tangga yang Deera dapatkan saat ini.

           Sebenarnya Deera juga ingin mengajak anak-anak yang lain untuk bermain. Tapi Vincent melarangnya. Vincent seolah-olah membatasi Deera untuk bergaul dengan mereka yang berpotensi menyingkirkan posisi Vincent. Maka dari itu ia melakukan langkah terlebih dahulu sebelum hal yang Vincent takuti benar-benar terjadi.

          "Nyam nyam nyam.... Udah, nasi goreng Mama udah Papa habisin, rasanya enak."

          "Hihi, ini minumnya Papa."

          "Makasih Mama." Vincent juga memberikan Deera kecupan pada pipinya. Bukan hanya satu, melainkan dua kali. "Hehe, itu ucapan terimakasih Papa yang lain."

          Pipi Deera langsung memerah. Tapi ia senang jika Vincent senang. Alhasil ia tak terlalu memusingkan kecupan itu. Toh Vincent juga sering melakukannya di setiap saat.

          Pernah sekali sewaktu mereka bermain di halaman belakang. Vincent tak henti-hentinya memegang pipi Deera yang berlemak bayi. Anak laki-laki itu bahkan beberapa kali mencium lalu menggigit pipi Deera walau tidak keras. Vincent saat itu bilang, "pipi kamu itu gemesin, aku suka. Lembut-lembut kayak bakpao isi coklat."

          Alhasil hingga kini Deera hanya bisa berpasrah dan terkadang ia akan mengelap pipinya jika Vincent mencium sampai terkena liur.

          Dan sekarang pun tampaknya akan terulang lagi. Setelah memberi Deera kecupan dua kali, kelihatannya Vincent tidak begitu puas. Ia meletakkan gelas mainan tersebut dibawah, sebelum akhirnya menangkup wajah Deera dengan kedua tangannya.

VINCENT OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang