Hari ini Deera ikut bersama Vincent ke peternakan ayam. Karena tak memiliki kegiatan, Deera memutuskan untuk mencoba sesuatu yang baru dan pertama kali di dalam hidupnya. Ia tak lagi ingin diam disudut ruangan sembari memainkan boneka dengan tatapan penghuni panti yang mengarah padanya. Deera tak ingin lagi menjadi atensi.
Maka dari itu ketika ia dan Vincent menyelesaikan sarapan pagi, Deera mendeklarasikan diri untuk ikut serta pergi ke peternakan ayam yang sudah sangat sering diceritakan oleh teman laki-lakinya.
Tapi jangan berekspetasi tinggi, Deera hanya ikut serta melihat, bukan menolong. Gadis kecil itu tetap bersama boneka sembari duduk di luar kandang. Memperhatikan Vincent yang mulai membawa keranjang dengan telur-telur ayam di dalamnya.
Penjaga panti yang lain yaitu Rifki, pemuda Dewasa yang sudah mengabdikan dirinya pada anak-anak yang bernasib kurang beruntung—tadinya mengajak Deera untuk turut serta membantu mengumpulkan telur-telur ayam yang lain.
Deera yang bernotabene masih tak memahami bagaimana caranya bekerja dan bersosialisasi dengan orang-orang lain—selain Vincent—menolak permintaan pemuda bernama Rifki itu dan memilih untuk melihat mereka dari kejauhan.
Vincent dan Rifki tentu tak bisa menolak, apalagi memaksa Deera yang hanya seorang gadis kecil cantik berperawakan seperti seorang putri kerajaan. Alhasil keduanya melanjutkan pekerjaan sementara Deera mengawasi dari jarak yang jauh.
Dari tempat duduknya, sebenarnya Deera bisa melihat bagaimana anak-anak lain yang antuasias bermain dengan kelompok mereka. Meski begitu, Deera tak memiliki secercah rasa ingin bergabung. Mungkin Deera merasa sedikit kesepian, tapi ia lebih menyukai untuk seperti itu sembari melihat Vincent yang sedang bekerja.
Sementara disisi lain, Vincent juga memperhatikan Deera yang sedang duduk termenung layaknya boneka pajangan lucu. Anak laki-laki itu tersenyum. Sembari mengutip telur, ia melihat bagaimana Deera yang menggembungkan pipinya ketika dilanda bosan akan kesendirian.
Dirinya terkikik gemas. Lantas setelahnya Vincent berlari pada Rifki yang sedang memperbaiki kandang ayam dengan serius. "Om." Panggil Vincent pada pemuda itu.
"Aku udah ya bantuinnya. Mau ajak Deera main biar ga bosan."
Rifki mengkerutkan kening, "lho, udah selesai ya? Kok cepat?"
Vincent menganggukkan kepala gemas mendengar Rifki—seolah-olah pemuda itu hendak menahan dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih. "Udah beres kok, Om. Sekarang aku pergi dulu ya. Dah Om."
Rifki hendak memanggil Vincent dan mencegah anak laki-laki itu pergi. Namun Vincent sudah lebih dulu berlari keluar dari kandang untuk menghampiri Deera yang masih belum menyadari kehadirannya.
Dengan tangan yang diulur, anak laki-laki berkata, "yuk main."
"Vin, bantuin Om dulu."
Deera mendengar panggilan dari Rifki yang sepertinya masih membutuhkan eksistensi Vincent untuk membantunya. Gadis kecil itu mendongak melihat Vincent. "Om Rifki gimana?"
"Ga usah dipikirin, aku udah selesai bantuin dia kok. Om Rifki nya aja yang mau aku disitu terus. Mending aku main."
Deera menimbang kembali mengenai perkataan Vincent. Namun setelahnya ia melirik ke arah Rifki yang tampaknya pasrah membiarkan Vincent bermain dengannya. Pemuda itu menggelengkan kepala sebelum akhirnya kembali memperbaiki kandang sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINCENT OBSESSION
RomanceTRIGGER WARNING: THIS STORY CONTAINS SCENES THAT DEPICT SEXUAL ABUSE, MENTAL PROBLEMS AND MORE. READER DISCRETION IS ADVISED!! OBSESSION SERIES #1 .... "Kupikir, mimpi-mimpi buruk yang selama ini kutakuti akan sirna oleh waktu. Tapi ternyata tebak...