Esok harinya, semua tampak tak baik-baik saja untuk Vincent. Ia masih terkekang oleh aturan 'pembatasan pertemuan' antara dirinya dengan Deera. Tak hanya itu, Vincent juga dipaksa untuk bersosialisasi dengan anak-anak lain yang seumuran dengannya. Ia terkadang diletakkan di perkumpulan anak laki-laki yang sedang bermain dilapangan.
Namun bukannya menuruti, Vincent malah menakuti. Ia bahkan mendorong beberapa teman-temannya sebagai bentuk perlawanan terhadap aturan panti. Ia ingin segera bertemu Deera. Tapi permintaannya tidak pernah dikabulkan.
Singkat cerita, saat Rifki memberitahu sesuatu padanya mengenai informasi Deera, Vincent kemudian menurut menjadi anak yang baik. Ia mendengarkan perkataan Rifki dengan seksama. Pemuda itu berkata, "kamu bisa ketemu Deera waktu makan siang nanti. Kalau sekarang belum boleh. Bunda nyuruh kamu main sama yang lain dulu."
Vincent sebenarnya ingin protes, tapi demi bertemu Deera lagi, ia menelan ego dan berusaha untuk menunggu waktu makan siang.
Dalam penantiannya itu, Vincent hanya sekedar duduk dan memainkan beberapa benda yang ada di sekitarnya. Hanya menuruti yang satu itu. Sebab Vincent tetap menolak permintaan Ibu Ratna yang menyuruhnya bermain dengan anak-anak lain.
Singkat cerita jam makan siang akhirnya tiba. Vincent dengan semangat memasuki ruang makan yang mulai diisi oleh penghuni yang lain. Ia memindai kearah sekitar untuk menemukan Deera diantara kerumunan anak-anak yang sedang mengantri. Lalu setelah mendapati eksistensi anak perempuan yang ia rindukan, Vincent langsung menggeram emosi lantaran melihat jika gadisnya sedang tidak sendiri.
Ada Ibu Ratna dan Kira yang sedang duduk di kedua sisi Deera. Mereka seolah melindungi dan membatasi Deera dari jangkauan Vincent. Dan melihat hal itu, kedua tangan Vincent langsung terkepal erat. Ia langsung melangkahkan kaki menghampiri mereka yang sedang menikmati makan siang.
Brak!!
Vincent duduk di depan mereka dengan kasar. Ia bahkan tak peduli untuk tak mengambil jatah makan siang yang sedang diperebutkan oleh anak-anak yang lain.
Dengan alis menukik tajam, ia berkata dengan nada marah. "Kamu kemana aja?! Aku udah cape nyariin kamu kesana-kesini tapi ga nemu-nemu."
Deera yang mendengarnya hanya bisa menggigit bibir sembari menatap Vincent dengan rasa bersalah. Gadis kecil itu kemudian bercicit, "Deera dari kemarin sama Bunda terus. Tidurnya juga dikamar Bunda."
Mendengar penjelasan Deera, Vincent kemudiam mengalihkan tatapan tajamnya pada Ibu Ratna.
Wanita paruh baya itu menjelaskan, "iya, Bunda yang minta Deera buat tidur dikamar Bunda. Nanti kalau ketemu kamu, Bunda susah misahinnya."
"Memangnya kenapa kita harus dipisahin?" Tanya Vincent.
Ibu Ratna menghela nafasnya setelah meneguk secangkir air. Ia hendak membalas perkataan Vincent namun sebuah selaan memotong perkataannya.
"Vin, makan siang dulu. Nih, Om udah ambilin jatah kamu." Rifki datang dan duduk di samping Vincent sembari membawa nampan makanan porsi anak-anak. Ia menyodorkannya pada Vincent, lalu memerintahkannya untuk segera menghabiskan makan siang tersebut.
Vincent yang sedang menahan angkara, pun kemudian menuruti. Ia lalu mengambil sendok dan menyuapkan makan siang ke dalam mulutnya dengan perlahan. Namun saat makan, tatapannya sesekali mengarah ke Deera yang juga sama menikmati makan siang dengannya.
Betapa rindunya Vincent. Ia ingin kembali bermain bersama Deera seperti hari yang lalu. Memeluk Deera, mencium Deera, Vincent masih ingin melakukannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINCENT OBSESSION
RomanceTRIGGER WARNING: THIS STORY CONTAINS SCENES THAT DEPICT SEXUAL ABUSE, MENTAL PROBLEMS AND MORE. READER DISCRETION IS ADVISED!! OBSESSION SERIES #1 .... "Kupikir, mimpi-mimpi buruk yang selama ini kutakuti akan sirna oleh waktu. Tapi ternyata tebak...