Pagi harinya saat bangun tidur, Deera benar-benar melihat Vincent menepati janjinya. Kini laki-laki itu tengah tertidur pulas di samping Deera, sembari memeluk tubuhnya dengan erat.
Tersenyum kecil, lantas Deera mengulurkan tangan untuk memainkan rambut Vincent. Menyentuhnya dengan lembut seraya memandangi wajah yang tampak letih itu.
Terbesit di pikirannya. Jam berapa Vincent pulang? Urusan apa yang laki-laki itu utamakan sehingga tadi malam ia harus meninggalkan Deera?
Semua pertanyaan berputar di dalam kepala, sampai Deera sendiri bingung harus mencari jawaban yang mana dulu. Namun saat ditengah berpikir untuk menentukan pilihan itu, Vincent perlahan terbangun dari tidurnya lalu membawa Deera untuk semakin dipeluk lebih erat
"Pagi.."
"Pagi." Balas Deera. "Kamu pulang jam berapa tadi malam?"
Vincent menjawabnya sembari memejamkan mata. "Jam, liimaa?"
"Kamu masih ngantuk?"
"Hmm, ngantuk." Vincent menyusupkan kepalanya di ceruk leher Deera—mengendus kecil sembari bergumam, "seharian ini kayaknya aku mau dikasur aja. Beresin halamannya besok ya."
Deera mengusap belakang kepala Vincent dengan lembut. "Ya udah gapapa. Kamu lanjut tidur aja dulu. Aku mau bikinin sarapan."
"Nanti aja sarapannya, aku mau peluk kamu dulu."
"Tapi kan—"
"Sssttt, jangan ganggu orang yang lagi kecapean. Dosa."
Deera mencebikkan bibir sembari merotasikan kedua bola matanya. Dasar. Alhasil dengan penuh pertimbangan, ia membiarkan Vincent untuk bermalas-malasan seperti ini terlebih dahulu. Sembari menepuk punggung kekasihnya dengan lembut—guna memberi kenyamanan agar Vincent lebih cepat tidur.
Susahnya mengurus kekasih memang seperti ini. Rasanya memiliki bayi besar. Tapi resiko dan tanggung jawab sudah ada diperjanjian awal. Deera memilihnya. Dan Vincent kini juga menjadi bagian dari hidupnya.
...
Sore hari saat udara dingin menyapa mereka, Vincent dan Deera memutuskan untuk duduk di teras sembari menikmati waktu berdua.
Dengan posisi sepasang kekasih itu duduk berdampingan, lalu sang lelaki memeluk sang gadis dengan sangat mesra. Ia menyenderkan dagunya dibahu gadis itu. Lalu membisikkan beberapa lelucon yang mengocok perut.
"Jadi kamu kerjain Om Rifki pakai telur busuk gitu? Jahat ih kamu." Walau merespon begitu, Deera tetap saja terkekeh.
Vincent bercerita mengenai masa lalunya di panti. Itu tepat sebelum Deera menginjakkan kakinya disana. Dulu Vincent sering diperintahkan oleh Rifki untuk mengurus peternakan ayam. Dan seperti yang diketahui oleh kebanyakan orang, laki-laki itu memang memiliki peran penting pada bagian itu.
Layaknya manusia biasa yang memiliki rasa jengkel, Vincent diam-diam memendam perasaan tak suka saat Rifki selalu menyuruhnya. Entah itu berupa pekerjaan membersihkan dan memberikan pakan ayam. Vincent tidak pernah senang saat waktu kesendirian dihabiskan dengan hal tak berguna seperti itu.
Ia jadi kehilangan waktu. Banyak rencana yang dulunya sempat tersusun tapi kemudian hilang sebab Vincent mengurus peternakan saking sibuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINCENT OBSESSION
RomanceTRIGGER WARNING: THIS STORY CONTAINS SCENES THAT DEPICT SEXUAL ABUSE, MENTAL PROBLEMS AND MORE. READER DISCRETION IS ADVISED!! OBSESSION SERIES #1 .... "Kupikir, mimpi-mimpi buruk yang selama ini kutakuti akan sirna oleh waktu. Tapi ternyata tebak...