Sepulang sekolah saat siang hari, Deera, Vincent dan anak-anak penghuni panti, langsung berganti baju untuk melanjutkan aktivitas hari-hari mereka. Monoton kegiatannya. Sekolah, bermain, makan, tidur, lalu keesokan paginya bangun, bersekolah, dan seterusnya.
Setelah mengganti baju seragam dengan pakaian biasa yang nyaman, Deera langsung melangkah keluar untuk mengamini ajakkan dari Zizi dan anak perempuan yang lain. Mereka berencana untuk bermain pedagang dan pembeli dihalaman belakang, dekat dengan anak laki-laki yang sedang bermain bola pula.
Hingga terjadilah sebuah penampakan kontras yang mana memperlihatka perbedaan antara kesenangan kaum Hawa dengan kaum Adam.
Deera yang memiliki proporsi tubuh yang sangat kecil, bertugas menjadi anak Zizi; seseorang yang berpura-pura menjadi Ibu-ibu pembeli, lalu mereka memiliki rumah yang bertetangga dengan anak-anak lain yang turut menjalankan perannya pula.
"Buk, beli dong Buk." Kata Zizi kepada si penjual; namanya Uci.
"Mau beli apa?" Tanya Uci.
Zizi berpura-pura memegang beberapa daun yang beralih fungsi sebagai uang. Ia kemudian menoleh pada Deera yang berperan sebagai anaknya. "Kamu mau Mama bikinin lauk apa untuk nanti?"
"Ayam Ma!"
"Oh ayam ya, ya udah." Zizi kembali menoleh pada Uci. "Saya beli ayam aja Buk, sekilo. Sama cabenya aja setengah kilo."
"Oke, Buk. Tunggu sebentar ya." Berpura-pura memotong ayam dan mengambil seikat batang lidi yang dijadikan sebagai cabe, Uci bersandiwara dengan baik dengan menjalani perannya sebagai penjual. Setelah selesai, ia memberikan benda-benda tersebut pada Zizi yang juga turut memberikan beberapa daun hijau sebagai alat pembayarannya.
Seusai transaksi itu terjadi, Uci tersenyum. "Makasi Buk, belanja disini lagi ya."
Zizi dan Deera mengangguk. Lalu seperti peran Ibu dan anak, Zizi menggandeng Deera untuk dibawa pulang. Beberapa kali mereka juga menyapa anak-anak yang lain yang bersandiwara menjadi sebuah keluarga pula.
Setelah sampai dirumah, alias tempat duduk dibawah pohon, Zizi langsung berbicara, "kamu tunggu disini ya, Mama mau masak dulu di dapur. Ingat, jangan pergi kabur keluar, sekarang banyak penculikan anak tahu."
Deera pura-pura merinding. "Iya, Mama."
Kembalinya Zizi ke dapur, Deera kemudian memainkan bonekanya sembari merebahkan badan di atas kursi. Karena tak memiliki peran yang banyak, Deera hanya perlu menunggu Zizi menyelesaikan masakannya, dengan cara diam, duduk lalu menuruti semua perkataan dari teman perempuan nya itu.
Deera bosan, ia ingin sekali membantu Zizi membuat masakan. Karena sedari dulu ia sudah terbiasa memainkan peran Mama kepada boneka-bonekanya dan juga Vincent.
Deera rasanya malas sekali, ia kemudian memilih untuk memejamkan mata sebentar sembari menunggu Zizi datang kembali. Namun tanpa sepengetahuannya, Deera tak menyadari jika ada sepasang mata yang terus mengawasi gerak-geriknya dari kejauhan.
Tatapan posesif dan obsesif dari seorang Vincent yang sedang berkumpul dengan teman-teman sebayanya. Mungkin tubuh Vincent berada disana, bermain dengan mereka semua.
Tetapi pikiran dan tatapan Vincent terus mengarah pada Deera yang sedang bermalas-malasan di atas pembaringan.
Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan Vincent saat itu. Anak-anak yang lain juga tidak menyadari bahwa ternyata Vincent tak mengalihkan pandangannya dari Deera.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINCENT OBSESSION
RomansaTRIGGER WARNING: THIS STORY CONTAINS SCENES THAT DEPICT SEXUAL ABUSE, MENTAL PROBLEMS AND MORE. READER DISCRETION IS ADVISED!! OBSESSION SERIES #1 .... "Kupikir, mimpi-mimpi buruk yang selama ini kutakuti akan sirna oleh waktu. Tapi ternyata tebak...