Memulai sesuatu ditempat yang baru itu butuh waktu. Deera pun terkadang masih sempat ragu. Ia hanya melihat Vincent yang sedang bekerja membersihkan halaman depan rumah mereka dari beberapa semak belukar yang mengotori pagar.
Duduk dan diam saja, sebab Vincent melarang Deera untuk bekerja. Vincent memperbolehkan Deera melakukan pekerjaan yang tidak terlalu berat. Misal membuatkan minuman.
Karena sudah terbiasa hidup untuk membantu pekerjaan di panti, Deera jadi merasa bosan yang berkepanjangan. Seharian ini harinya hanya untuk melihat Vincent yang mondar-mandir mengangkat tanah dan berkarung-karung daun kering.
Seperti tidak ada semangat hidup. Deera jadi cepat mengantuk rasanya.
Di sisi lain, Vincent sebenarnya juga merasa kasihan melihat Deera begitu. Tapi ia juga tak tega membiarkan gadisnya bekerja seperti yang dulu. Diperintahkan dan menuruti tanpa protes.
Kesehariannya membersihkan dan mengurus kandang ayam saja sudah melelahkan. Ketika melihat Deera yang tengah bekerja keras mengurusi seisi panti, Vincent benar-benar jadi tak tahan melihatnya. Apalagi saat itu Deera juga mengerjakan bagian pekerjaan Zizi. Perempuan sialan! Vincent yakin manusia hina yang satu itu tengah menikmati afeksi dari orang-orang disekitarnya.
Setelah menjadikan diri sebagai korban yang paling tersakiti, Zizi pasti menerima sejumlah perhatian dengan suka cita. Apalagi mendengar Deera yang melarikan diri, perempuan itu sudah pasti merasa menang dengan pencapaiannya ini.
Namun tenang saja. Vincent itu tidak akan tinggal diam. Ada beberapa list rencana yang belum dikerjakan. Suatu saat nanti, semuanya pasti terlaksanakan.
"Vin, kamu nanti sore mau makan apa?"
Perhatian Vincent teralihkan, ia melihat Deera yang tengah berdiri di teras.
Sembari menyeka keringat yang membasahi dahinya, Vincent menjawab, "mie instan aja Dee, tapi pakai cabe dikit."
Deera mengangguk paham, "oke."
Saat akan hendak mencangkul beberapa tanaman liar yang lain, Vincent berhenti bergerak untuk mengingat sesuatu. Ia lalu menoleh pada arah belakangnya, tepat pada sudut halaman.
Ada beberapa pot tanaman yang kosong di ujung sana, Vincent mendapatkan beberapa dari pemilik rumah yang lama.
"Dee, nanti sore kamu ga usah jadi masak ya, kita keluar buat cari bibit bunga sama sekalian cari makan. Sayang tuh, kalau potnya ga di isi."
Dahi Deera mengkerut, "memangnya ada yang jualan disekitaran sini?"
"Ada, tapi agak jauh. Dekat sama jalan tol. Nanti kita pakai motor aja."
"Motor yang mana?"
"Di dalam garasi."
Deera mengerjapkan matanya. Baru menyadari karena belum memeriksa bagian itu. Sebab sedari tadi ia hanya mengelilingi bagian dalam rumah dan juga halaman depan belakangnya.
"Sekalian beli baju, kemarin kamu ga bawa banyak 'kan? Nanti kita beli barang-barang yang diperluin supaya ga susah. Gergaji, selang air, sabun mandi, deterjen, masih banyak yang belum kita punya." Vincent bahkan mengingat dengan semua kebutuhan mereka yang belum terpenuhi.
Sementara Deera mengangguk saja, ia tak pernah memikirkan hal itu sebab biasanya semua barang-barang sudah disediakan oleh Ibu Ratna. Deera hanya mengurusinya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINCENT OBSESSION
RomantizmTRIGGER WARNING: THIS STORY CONTAINS SCENES THAT DEPICT SEXUAL ABUSE, MENTAL PROBLEMS AND MORE. READER DISCRETION IS ADVISED!! OBSESSION SERIES #1 .... "Kupikir, mimpi-mimpi buruk yang selama ini kutakuti akan sirna oleh waktu. Tapi ternyata tebak...