9. Hari pertama sekolah

130 11 1
                                    

          Kedatangan Polisi wanita itu tak lain tak bukan adalah membahas masalah pendidikan Deera. Pasalnya gadis kecil itu belum pernah mendapatkan pendidikan yang bersamaan dengan sosialisasi disekeliling. Mendengar info bahwa Deera dulunya hanya pernah mendapatkan sekolah dirumah, Giselle—sang Polisi wanita itu berinisiatif untuk memberikan Deera masa depan yang cerah.

          Ia memang tidak berniat untuk mengadopsi Deera, tapi melihat pentingnya kebutuhan pendidikan, Giselle pun pada akhirnya membuat keputusan.

          Anak-anak lain yang tinggal di panti sudah diberi fasilitas pendidikan gratis oleh pemerintah. Maka dari itu ia juga mengikutsertakan Deera dalam hal tersebut agar hatinya yang gelisah bisa merasa tenang.

          Kini Giselle, Deera, Ibu Ratna dan Vincent, sedang berada di dalam ruangan untuk membahas topik tersebut. Deera yang berada dalam jangkauan Vincent tak bisa berbuat apapun selain diam di dalam genggaman Vincent. Sementara Giselle—si Polisi wanita hanya bisa bernafas pasrah melihat interaksi kedua anak kecil yang berlebihan itu.

          "Saya juga berpikir tentang hal yang sama, Ibu Giselle. Saya berencana untuk menyekolahkan Deera tepat saat anak-anak akan memulai semester baru. Tapi apa kita yakin jika seandainya Deera bisa melewati semuanya dengan baik? Deera anak yang pemalu. Dia juga tidak pernah berpengalaman untuk bersekolah di tempat umum. Saya takut jika sesuatu terjadi pada Deera."

          Giselle menghela nafasnya sembari mengangguk. "Saya tahu, saya paham dengan maksud Bunda Ratna. Tapi kebutuhan pendidikan sangat penting. Gaji saya sebagai Polisi biasa juga ga bisa menutupi biaya sekolah privat Deera. Hanya ada satu pilihan, Deera akan saya sekolahkan di tempat umum biasanya." Wanita itu menoleh pada Deera yang masih menyimak pembicaraan serius itu.

          Dengan senyum kecil Giselle melanjutkan, "itu juga dapat melatih mental Deera untuk memulai sosialisasi lagi. Deera bisa memiliki banyak teman diluar sana."

          Vincent mendengarkan percakapan itu dengan baik. Mengenai masalah pendidikan, Vincent sebenarnya setuju saja dengan usulan itu. Namun ketika si Polisi wanita mulai berujae bahwa Deera harus mendapatkan teman yang lebih banyak, sesuatu di dalam dada dan kepala Vincent seolah bergejolak untuk tidak menerima. Ia mengkerut dahi dan alisnya dengan tidak suka saat Giselle menatap Deera dengan penuh keibuan.

          "Vincent bisa jadi teman Deera. Kenapa harus cari teman yang lain?"

Giselle sebenarnya menaruh rasa penasaran akan eksistensi Vincent. Perlakuan posesif anak laki-laki itu terhadap Deera membuatnya bertanya. Apakah ia normal atau tidak?

          Namun semua itu Giselle hiraukan sebab Vincent masih berstatus sebagai anak kecil yang memiliki otak labil. Semua perkataan Vincent yang seakan mengklaim Deera sebagai miliknya telah dianggap angin lalu yang tidak tabu.

          Keputusan sudah bulat dan Deera akan melanjutkan aktivitas sekolahnya seperti anak yang lain. Giselle akan memastikan hal itu.

...

          Waktu berlalu dan kini Deera akan memasuki jenjang sekolah yang lebih bagus. Ada beberapa perbekalan yang ia siapkan beberapa hari sebelum hari penting ini dimulai. Giselle membelikan Deera tas dan juga seragam. Sedang Vincent, anak laki-laki itu memang sudah memiliki semuanya bahkan sebelum Deera menginjakkan kaki di panti.

          Perhatian lembut dan penuh kasih sayang dari Giselle juga membuat iri anak-anak panti yang lain. Hal itu menyebabkan mereka memupuk rasa kebencian kepada Deeray yang teramat sangat. Namun beruntung, Deera memilih untuk menghiraukan itu. Mempunyai teman seperti Vincent bagi Deera sudah cukup. Ia menerapkan semua perkataan Vincent yang berucap 'lebih baik hanya ada kita berdua yang saling membantu dan saling bersama, daripada mengharapkan teman lain yang tidak ada guna'

VINCENT OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang