Banyak yang terjadi selama beberapa tahun ini. Sejumlah anak di panti sudah diadopsi oleh keluarga di luar sana yang membutuhkan kehadiran seorang anak. Akibatnya, hanya sebagian yang tertinggal, dan sebagian itu menjalani kehidupan tumbuh dewasa mereka tanpa merasakan indahnya hidup bersama orang tua.
Beranjak remaja juga mengubah pola pikir Deera yang dulunya sangat lugu dan kini mulai berubah tahu. Ada beberapa larangan dan hukum alam yang harus ia patuhi untuk mencapai kesejahteraan hidup yang tentram.
Contohnya dalam bergaul dengan lawan jenis. Deera kini akhirnya mengerti kenapa dulu ia pernah akan dipisahkan oleh Vincent kalau pemuda itu masih saja menempelinya. Sebab hal itu akan menjadi suatu bahaya yang tidak akan Deera duga.
Meski Vincent bisa ia percaya, namun nyatanya Deera tetap menjaga pendirian. Tetap berteman dengan jarak dan batas. Tetap menerapkan peraturan pertemanan, namun hal tersebut tidak sampai menyakiti salah satu pihak.
Hingga hal tersebut menciptakan sebuah hubungan yang sehat antara dirinya dengan Vincent.
"Dee, udah siap belum?" Zizi menyahut dari luar kepada Deera yang tengah bersiap-siap di depan cermin.
"Iya, udah.."
Hari ini adalah hari pertama-nya memasuki sekolah menengah atas. Bersama dengan Zizi, dan Vincent, mereka akan mulai berangkat pada pagi hari untuk mengejar angkutan umum—dikarenakan sekolah mereka cukup jauh.
Sebenarnya ada sekolah yang lebih dekat dengan panti. Tetapi karena memasuki sekolah harus menggunakan sistem nilai ujian, mau tak mau Deera harus mengikuti peraturan.
Dirinya terdaftar ke dalam suatu sekolah dengan predikat belajar mengajar siswa yang paling terbaik di kota. Vincent dan Zizi yang lebih dulu memasuki sekolah tersebut tentu merasa senang melihat salah satu teman mereka juga ikut masuk ke dalam sekolah yang sama.
Apalagi Vincent. Pemuda itu benar-benar berkontribusi besar dalam kesuksesan ujian Deera. Setiap malam saat akan menjalani ujian akhir, Vincent pasti selalu membantu Deera belajar dengan menggunakan bahasan contoh soal ujian dari tahun-tahun sebelumnya. Dan karena hal itu, Deera akhirnya berhasil lulus dengan nilai yang cukup baik.
"Zi, kamu dimana?"
"Di depan sama Vincent.."
Sahutan itu lagi-lagi terdengar dari luar. Deera yang sudah selesai dengan urusan berkemasnya lalu melangkahkan kaki dengan tergesa untuk menyusul mereka berdua.
"Widih, udah pakai seragam SMA aja nih." Kata Zizi sembari menyenggol bahu Vincent—mencoba memberitahu Vincent terkait penampilan Deera yang berubah semakin dewasa.
Vincent yang menyaksikan Deera awalnya tampak terdiam untuk beberapa saat. Namun tak lama sebuah kalimat terucap dari mulutnya. "Kayak anak SD dipaksa pakai baju SMA. Ga cocok."
"Baru pagi ya, jangan cari masalah." Balas Deera dengan mood yang lagi-lagi dibuat turun oleh Vincent. Seharusnya tadi Zizi tidak usah meminta pendapat pemuda yang berkelakuan seperti setan itu. Karena Deera sendiri tahu bahwa akan selalu seperti ini jawaban dari mulut pedasnya.
"That's the fact. Mungkin orang-orang disekolah bakal ngira kamu itu anak kecil yang lagi kesasar." Vincent juga belum berhenti untuk menggodanya. Dan Deera sendiri sekuat tenaga untuk menahan dirinya supaya tidak menggila.
Deera tak ingin kehilangan momen berharga hanya karena komentar pedas Vincent. Maka dari itu ia hanya diam, menghelan nafasnya, lalu mengamit tangan Zizi untuk digandeng.
KAMU SEDANG MEMBACA
VINCENT OBSESSION
RomanceTRIGGER WARNING: THIS STORY CONTAINS SCENES THAT DEPICT SEXUAL ABUSE, MENTAL PROBLEMS AND MORE. READER DISCRETION IS ADVISED!! OBSESSION SERIES #1 .... "Kupikir, mimpi-mimpi buruk yang selama ini kutakuti akan sirna oleh waktu. Tapi ternyata tebak...