• 31

218 10 0
                                    

              SMA Nawasena tengah melaksanakan Ujian Nasional akhir sekolah teruntuk kelas 12 yang mau lulus, hari ini adalah hari terakhir seluruh murid mengikuti ujian mata pelajaran matematika. Di jam pulangan ini sebagian murid telah pulang, sebagian masih makan di kantin.

"Gas, ambilin sambel dong," titah Vanya pada Bagas yang berjalan menghampiri nya dari mengambil pesanan nasi goreng nya.

"Eh parah lo abisin sambel anjir, gak deh lo tuh bikin bangkrut bude nya," Bagas menolak mengambil sambel di meja sebelah lantaran duduk di sebelah Zean.

Vanya mendengus kesal dan beranjak dari kursi nya, melangkah ke meja sebelah untuk mengambil sambel supaya bakso yang dimakannya terasa pedas.

"Tau tuh Vanya kalo makan bakso pasti sambelnya banyak," timpal Adel yang jengah melihat Vanya menuangkan sambel sebanyak itu di mangkok nya.

"Pantes mulutnya pedes," sahut Kevin dengan santai,

Di kantin tersisa beberapa murid khususnya Vanya, Adel, Kevin dan Bagas. Tadinya Ara ikut gabung tapi harus pulang duluan karna ada urusan mendadak.

"Zean mana dah??" Tanya Vanya,

"Jemput Alex baru balik kesini," jawab Bagas yang menyendok nasi goreng ke mulutnya,

"Van, info loker dong," ujar Kevin yang sudah menanyakan lowongan kerja untuk jaminan setelah lulus.

Vanya mengunyah pentolnya itu seraya menjawab, "lo gak lanjut kuliah atau gimana sih? kata mau lanjut kuliah?" Tanyanya dengan bingung, seingat Vanya sih Kevin pernah bilang mau lanjut kuliah.

"Gue mau sambil kerja sama sih Devan tuh," jawab Kevin yang masih sibuk dengan game nya sendiri,

"Bentar gue tanya bokap," ucap Vanya yang langsung mengirim pesan ke ayahnya demi membantu kedua teman-teman nya itu.

"Gak usah berat Van, cukup jaga toko atau apa gitu Van," ucap Kevin kembali,

"Adel kalo lo lanjut kuliah??" Tanya Bagas,

Adel mengangguk dan tersenyum begitu melihat ke arah jauh, Bagas pun menoleh dan mendapati Raka yang berjalan menghampiri mereka.

"Mau kemana Del??" Tanya Vanya begitu melihat Adel yang langsung memakai tas nya kembali.

"Pergi jalan hehe," jawab Adel,

"Bye guys," lanjutnya dan berjalan menghampiri Raka yang baru datang, Raka yang membawa minuman langsung menaruh dekat mangkok bakso milik Vanya.

"Tadi sih Ezra beliin gue cuman salah rasa yaudah buat lo aja, soalnya Adel juga gak suka rasa itu," ucap Raka yang menaruh segelas minuman.

Vanya pun mengangguk tanpa menjawab, mulutnya penuh dengan pentol bakso. Vanya pun kembali melirik ke arah Bagas yang terlihat sedih karna Adel pergi dengan Raka, emang cintanya Bagas serumit itu.

"Gas, kalo lo suka sama Adel kenapa gak dekatin terus?" Tanya Vanya,

Bagas terkekeh mendengar itu, saingannya seorang Raka Genandra. Gimana lawannya?

"Lo mikir karna dia cucu Genandra?? Lo beda sama dia Gas, lo pintar, lo aktif, lo baik, dia apasih? menang kaya doang itumah, gak pintar banget," ujar Vanya yang berhasil menebak isi pikiran Bagas.

"Iya tapi orang tua Adel kayaknya lebih senang sama Raka," ucap Bagas,

"Bukan karna kaya doang Van, keluarga lo kan berpengaruh di dunia bisnis, politik, hukum bahkan publik, siapa sih yang gak mau besanan sama keluarga lo??" Timpal Kevin yang mengiyakan ucapan Bagas barusan.

Terkadang Vanya bingung harus merespon apa jika udah mendengar ucapan dari orang-orang mengenai keluarga besarnya, banyak dari mereka terlalu jauh untuk bisa dekat dengan Vanya bahkan sepupunya karna berbeda.

VANZEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang