Malam hari, Zean tengah menyelesaikan beberapa soal untuk olimpiade biologi dan sisa 1 hari lagi, melihat jam menunjukkan pukul 9 malam langsung saja merebahkan dirinya di atas kasur.
"Zeann??"
Zean menoleh mendapati papah nya yang berdiri di depan pintu kamar sambil memainkan handphone dengan kacamata yang masih bertengger di hidung.
"Om Argan nelpon katanya Vanya belum pulang, dia gak ada main sama kamu???" Tanya Rendi.
Zean menggeleng cuek, "paling sama Adel." Jawab Zean pada sang ayah yang dilanda kebingungan.
"Lahh Adel sendiri yang ngadu ke Om Argan kok, mana diluar hujan deras lagi. Adel bawa tas Vanya doang, kemana anak itu???"
Zean langsung menepuk jidatnya, dia lupa kalau mengunci ruang musik yang di dalamnya ada Vanya. Dengan cepat Zean mengambil jaket dan kunci motornya, karna nilai Zean yang perlahan meningkat kini fasilitas miliknya telah dikembalikan sepenuhnya oleh Rendi.
"Mau kemana heh? hujan deras itu!!!" Rendi setengah berteriak begitu Zean menuruni tangga dengan cepat dan keluar dari pintu besar.
Tanpa menggunakan mantel atau jas hujan langsung saja Zean pergi dengan laju, dirinya lupa akan Vanya terlebih Vanya takut dengan kegelapan.
"Goblok aelah!" Desis Zean yang terus merutuki kebodohan nya.
•••
Vanya mengerjapkan matanya berkali-kali untuk melihat jam di dinding, langsung terbangun dan mengusap wajahnya yang masih muka bantal.
Ternyata sampai malam dia tertidur disini karna Zean menguncinya, Vanya melirik ke arah jendela yang terbuka di luar hujan deras dan angin kencang.
"Gini bener dah suka sama cowok kasar, gapapa deh yang penting gue bisa dapat perhatiannya." Ucap Vanya mengeluh dengan pasrah, lantas dia mengambil handphone nya di atas kursi piano dan mengecek panggilan tidak terjawab dari sang ayah dan Adel.
Bahkan Farrel juga ikut menelponnya dan spam chat pada Vanya.
Bukan mereka yang Vanya harap melainkan chat dari Zean namun pria itu tidak ada sama sekali mengkhawatirkan dirinya.
Hanyut dalam lamunannya, Vanya hanya bisa menatap langit-langit dari jendela.
CKLEK!!!
Pintu terbuka, Zean langsung masuk dengan pakaian yang basah kuyup dan terlihat tergesa-gesa. Lantas bertatapan mata dengan Vanya yang masih duduk meratapi suasana langit malam dari jendela.
"Ayok pulang, maaf." Ucap Zean.
Vanya beranjak dari tempat dan memeluk Zean yang basah kuyup bahkan Vanya bisa mendengar detak jantung Zean secara dekat dan suara nafas yang memburu.
"Gapapa, jangan minta maaf... gue yang salah, maaf jugaa..." Ujar Vanya yang menggeleng cepat.
Zean mengangguk pelan dan beralih melepaskan pelukan Vanya, menatap lamat wajah Vanya dengan lembut Zean mengelus pipi Vanya.
Vanya langsung tersenyum, hal itu membuat Zean makin sakit. Vanya terlalu baik untuk dirinya yang jahat, Vanya terlalu sempurna untuk dirinya yang biasa-biasa saja, Zean merasa Vanya lebih cocok dengan sosok yang lebih baik dari dirinya.
Setelah keluar dari arena sekolah, Zean membawa motor dengan kecepatan sedang. Mereka diguyur hujan di malam hari, Zean sengaja membawa jas hujan untuk Vanya membiarkan dirinya yang basah kuyup.
KAMU SEDANG MEMBACA
VANZEAN
Fiksi PenggemarLahir di keluarga yang memiliki uang banyak bukan berarti hidupnya sempurna dan itu yang dialami oleh Zhevanya Genandra yang dipertemukan oleh Zean Astara Pratama karna kebencian di masa lalu yang dilakukan oleh orangtua mereka. "Membenci itu selalu...