• 6

320 20 0
                                    

   Angin malam dengan ombak pantai kecil menemani suasana cafe itu, cafe tempat Vanya dengan Farrel duduk berdua, mereka asik mengobrol cukup lama sampai lupa waktu menunjukkan pukul 11 malam.

"By the way, gue denger dari Adel kalo lo itu nyari beasiswa kedokteran ya?" Tanya Vanya yang dijawab anggukan oleh Farrel.

"Nah, gue rekomendasiin elo jadi salah satu penerima beasiswa kedokteran dari rumah sakit Genandra." Ucap Vanya.

"Hah?"

"Maaf kalo gue gak ngomong dulu sama lo, tapi gue rekomendasiin elo karna potensi yang lo miliki." Lanjut Vanya.

Farrel tersenyum mendengar ucapan itu, bagi Vanya selama satu sekolah dengan Farrel dia jarang melihat senyuman Farrel bahkan lirik ke cewek lain aja jarang.

"Gue jadinya ngerepotin lo van..." Ucap Farrel dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Nggak, gue gak ngerasa begitu."

Melihat jam di tangannya menunjukkan pukul udah tengah malam, "gue anter pulang yuk, udah malem nanti lo dicariin bokap nyokap lo lagi." Ajak Farrel.

Vanya tertawa miris mendengar itu, mau dia main malam sampai jam berapapun gak akan ada yang cariin dia.

"Oke."

•••

Musik DJ masih menyala di kamar Devan, Zean sendiri pun sembari mengotak-atik handphone miliknya dengan melihat postingan Vanya terbaru.

CKLEKK!!!

Pintu kamar terbuka menampilkan Devan yang membawa sepiring pisang goreng, "Zen gue ada nya pisgor doang, maap yee gak mewah." Ucap Devan yang menaruh pisang goreng itu di atas meja dekat Zean duduk.

"Lah, emangnya yg gue makan harus mewah?" Tanya Zean.

"Kan orang kaya makannya bukan pisgor Zen."  Jawab Devan.

Zean menghela nafas, dia seringkali mendengar pujian betapa kayanya dia di teman-temannya tapi itu semua bagi Zean tidak penting.

"Lidah gue bukan lidah mewah kok Dev, lagian pisgor yang lo buat juga tetap makanan kan?" Ujar Zean.

Devan yang duduk di sebelah Zean itu mengernyitkan keningnya dengan bingung dan bertanya-tanya.

"Kok lo jauh beda yaa sama Raka? Raka itu serba mewah anjir, apa yang dia makan limited edition semua cuy, gue gak pernah liat dia yang makan di pinggir jalan. Beda sama lo yang lebih sering makan di pinggir jalan, gue curiga lo sama dia kagak sepupuan." Ucap Devan.

"Dari marga aja udah beda kok, gue Zean Astara Pratama. Dia? Raka Genandra."

Zean mengambil sepotong pisang goreng di atas piring itu dan meniupnya, "lo sendiri kan pernah liat bokap gue kalo makan selalu pake sambel terasi bahkan dia jarang makan makanan mewah, paling sekali dua kali." Ujarnya, mengingat kesederhanaan Zean turun dari sang ayah.

"Beda sama nyokap gue dulu selalu makan makanan mewah karna dia emang terlahir dari tapak berlian, beda sama bokap gue yang lahir dari tapak besi berkarat. Bokap gue bukan anak orang kaya, dia itu berusaha buat menjadi lebih kaya dari keluarga nyokap karna dulu sering dihina sama keluarga Genandra." Jelas Zean, jarang dia bercerita seperti ini ke teman-temannya paling ke Devan aja.

VANZEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang