• 28

282 13 0
                                    

    Murid-murid SMA Nawasena khususnya kelas 12 tengah beramai-ramai ngumpul di depan mading sekolah untuk melihat hasil nilai try out ini, khususnya Vanya dengan Adel dan Ara melihat nama mereka terpampang jelas di mading itu.

"Hah? Zean Astara Pratama?" Vanya kaget bukan main begitu melihat nama Zean di urut pertama dengan nilai tertinggi di try out IPA.

"Buset nama Zean!" Seru Kevin yang baru datang dan langsung melihat nama Zean, sementara Zean yang berdiri di belakang hanya memasang ekspresi senyum singkat.

"Adel urutan pertama MTK, sih Zean IPA, ini sih Bagas tumben bener di Bahasa Indonesia biasa juga di MTK, " Devan membaca satu persatu nama mereka di mading dan melirik ke mereka.

Adel langsung memasang wajah bangga, "iya lah masa Bagas terus yang dapat urutan pertama di MTK? gue juga bisa kali, " jawab Adel.

Jawaban Adel mendapat kekehan dari Vanya dan Ara, sementara Vanya mendapat urutan kedua di Bahasa Indonesia disusul Ara yang dapat urutan kedua juga di IPA.

Zean sesekali melirik ke arah Vanya yang hanya diam, semenjak kejadian mabuk dari bar? Sifat hangat Vanya untuk Zean perlahan menghilang, Vanya memilih mendiami Zean selama itu.

Saat berbalik, Vanya bertatapan dengan Zean. Zean bisa melihat tatapan Vanya yang berubah, tatapan yang dulu nya hangat kini tatapan dingin. Setelah sempat bertatapan mereka langsung kembali terpisah.

"Lo berantem lagi sama dia??" Zean menoleh begitu mendengar pertanyaan dari Devan, memang di setiap situasi ini pasti Devan yang pertama peka ditambah kalau ada Alex.

Zean mengangguk pelan, tatapannya masih ke arah Vanya yang sudah berjalan jauh.

"Jangan bilang karna Keysha? Zen, jangan sampai lo kehilangan Vanya, dia baik untuk lo, ingat dia istri lo bukan orang lain, dia tanggung jawab lo, " ujar Kevin yang memberikan sedikit nasihat pada Zean.

"Gue juga bingung, gue gak tega sama Keysha tapi gue sayang sama Vanya," jelas Zean.

Mereka bertiga berjalan menuju ruangan OSIS untuk mencari Bagas karna anak itu tengah terlelap di tidurnya sedari tadi, dia bahkan tidak bangun meski dibangunin berkali-kali. Liat saja bahkan Bagas masih nyenyak dengan posisi terlentang di atas karpet, untungnya dia bisa masuk ke ruang OSIS karna mantan anggota OSIS.

"Gas, bangun ih lo tuh kebo bener dah!" Kesal Kevin yang mendaratkan bokongnya di atas kursi sambil memandang ke Bagas.

Zean pun ikut merebahkan dirinya di sebelah Bagas, "capek kali dia, kebanyakan belajar yaa gitu deh," jawab Zean.

"Iyaa bener tuh," Devan pun ikut merebahkan dirinya di dekat Bagas, kini mereka ikut berbaring di atas karpet. Tidak dengan Kevin yang duduk di kursi sembari memainkan handphone nya.

"Ehh nanti kita lulus masih bisa ngumpul gak??" Tanya Devan secara tiba-tiba. Kevin yang tadinya sibuk dengan game nya lantas kembali menaruh di kantong nya dan ikut merebahkan diri di dekat Zean.

"Bisa lah, why not?" Ujar Zean lalu menoleh pada Devan.

"Ingat gak waktu pertama kali kita masuk smp? terus pas mpls sih Kevin nangis karna gak punya temen, sampai mami nya rela nungguin di depan gerbang," ucap Devan yang mulai mengingat awal mereka bisa saling mengenal satu sama lain.

"Iyaaa, terus gue dibentak sama Zean gegara gak sengaja nyenggol dia waktu jalan alhasil air yang dia minum tumpah," imbuh Kevin dan melirik tajam ke arah Zean sementara yang ditatap tajam hanya tersenyum santai.

"Terus sih Alex datang ngebela Kevin, karna Zean mau temenan sama Alex jadinya dia nurut aja apa yang dibilang Alex," ujar Devan.

Sedari SMP, Zean emang paling ngebet pengen temenan dekat sama Alex sampai ikut eskul yang diikuti Alex bahkan kemana pun Alex? Zean pasti selalu ikut, cemburu kalo Alex lebih dekat sama Bagas, kalau kata Devan mah sih Alex itu counter nya Zean hahaha.

"Berarti lo gak mau temenan sama gue Zen??" Tanya Kevin yang mendapatkan anggukan dari Zean, sontak langsung memasang mata berkaca-kaca karna Kevin sendiri paling suka ganggu Zean meski anak itu lebih sering memberi Zean nasihat.

Melihat raut wajah Kevin membuat Zean terkekeh geli, "dihh yaa kalo gue gak mau temenan sama lo gak mungkin sekarang lo disini," ucapnya.

"Huwahhh!!" Bagas merenggangkan otot-otot nya setelah tidur berkepanjangan, matanya perlahan terbuka dan kaget melihat ketiga temannya yang kini menatap ke arahnya.

Dugh!!!

Devan langsung melompat di atas tubuh Bagas yang masih belum terkumpul nyawanya.

"Awh, anjir devann!" Kesal Bagas yang kesusahan bernafas, begitupun dengan Kevin yang ikut memeluk Bagas dan Devan, serta menarik-narik tangan Zean.

•••

"Jadi lo berantem sama sih Zean gara-gara Keysha lagi???"

Adel dengan Ara kini siap menjadi telinga keluh kesah Vanya yang berantem dengan Zean, mereka duduk di rooftop sekolah untuk bercerita soal ini.

Vanya hanya mengangguk dengan wajah sedih, sejujurnya dia kangen sama Zean, merasa bersalah banget diamin dia padahal serumah, sekamar.

"Van, menurut gue dengan lo diamin tuh anak gak bakal ada habisnya, kenapa gak minta bantuan sama mertua lo aja?? kalo lo gak ada pergerakan? tuh anak malah makin menjadi-jadi, gue yakin deh," saran Ara setelah mendengar keluh kesah Vanya.

Adel langsung mencolek dagu Vanya seraya berkata, "bener, gue setuju sama Ara. Toh mertua lo gak setuju dong pastinya," ucap Adel yang setuju dan mendukung saran dari Ara.

Vanya menghela nafas berat dan kembali mendongak ke arah langit, liat saja langit bahkan terlihat mendung seperti hatinya Vanya.

"Lo sebagai istri udah ngelakuin kewajiban lo gak sih?" Celetuk Ara tiba-tiba, Vanya menoleh dan kembali menggeleng lemah.

Adel menepuk keningnya penuh dengan keheranan karna jawaban Vanya, "aelah Van bisanya lo belum nganu anjir, meskipun udah sekolah yaa kan pake pengaman bisa. Ntar diambil Keysha mampus lo," ujar Adel dengan menggebu-gebu saat ini.

"Gak ah gue takut," jawab Vanya yang terus menggeleng tidak mau.

"Ehh gini yaa, ujian akhir sekolah udah bulan depan. Kita ini tinggal persiapkan foto ijazah, konsep perpisahan, foto tahunan, jadi bawa santai Van," ujar Ara.

Mengingat bulan depan sudah berhadapan dengan ujian akhir yang menentukan kelulusan mereka, kini Vanya dilanda kebingungan ditambah kedua temannya malah menyuruh hal diluar ekspektasi nya.

"Tapi masalahnya keluarga gue belum ada yang tau soal hubungan gue sama Zean, bahkan sepupu gue gak ada yang tau, lo berdua kan pacarnya yaa bantuin dong!" Jelas Vanya yang langsung meraih kedua tangan temannya itu, Ara dan Adel langsung saja mengangguk begitu melihat betapa sedihnya wajah Vanya.

"Lo berdua ada waktu gak sepulang sekolah ini? kalo ada ayok kerumah kakek nenek gue, ntar gua kenalin deh ke mereka," ajak Vanya sebagai sogokan untuk mereka berdua.

Adel langsung terperanjat kesenangan begitupun Ara, "ihh serius boleh Van?! soalnya Bian tuh ngajak main kerumahnya doang gak ke rumah kakek nenek, gue pengen banget kalo Adel kan udah sering," ujar Ara yang mengerucutkan bibirnya itu, iri dengan Adel.

Adel hanya menjulurkan lidahnya pada Ara dengan raut mengejek yang langsung mendapatkan sinis dari Ara.

•••

VANZEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang