• 33

215 12 13
                                    

         Gedung yang dipenuhi dengan hiasan di setiap dinding, meja bundar serta kursi tersusun rapi di setiap sudut, panggung yang super megah itu menampilkan musik, tarian dan karya lainnya untuk persembahan kelulusan murid SMA Nawasena saat ini. Tepat hari ini kelulusan mereka, dan hari ini juga masa depan mereka telah dimulai langkahnya.

"Zhevanya Genandra."

Vanya mengenakan gaun berwarna hitam dengan mahkota kecil di atas kepalanya itu, heels berwarna hitam serta polesan make up tipis di wajahnya mampu membuat orang-orang di dalam ruangan ini terpesona dibuatnya.

Mendengar namanya dipanggil, Vanya berjalan menuju atas panggung untuk menerima tanda kelulusannya berupa medali. Sepasang mata tertuju pada Vanya dari awal acara hingga penerimaan tanda kelulusan, mata itu sejak tadi melihat ke arah Vanya tiada henti. Pemilik mata itu tak lain Zean Astara Pratama.

"Selamat yaa Vanya!!"

"Kak Vanya cantik banget malem ini!"

Vanya banyak tersenyum untuk malam ini karna mendengar pujian hangat dari orang-orang di sekitar nya. Begitu selesai acara Vanya dengan Adel dan Ara tengah berdiri di parkiran untuk berangkat pulang, Vanya sendiri menunggu jemputan. Awalnya Adel menawarkan diri untuk mengantarkan Vanya pulang namun hal itu ditolak halus karna Vanya mau pulang dengan seseorang yang mau menjemputnya.

"Kabarin di grup nanti kalo udah di rumah!" Ucap Adel begitu masuk di mobil, Vanya terkekeh pelan dan mengangguk. Adel emang posesif banget sih.

"Dah beb!" Ara melambaikan tangannya begitu mobil Adel berjalan dan dibalas lambaian juga oleh Vanya.

Saat Vanya duduk di sekitaran taman dekat gedung, dia melihat Zean dari arah jauh seperti ingin datang menghampiri nya. Vanya menghela nafas pelan, dia udah benar-benar ingin memutuskan hubungan itu dengan Zean.

"Sama aku pulang, bisa kan?"

Vanya menggeleng pelan, "maaf tapi aku udah mau di jemput, makasih atas tawaran nya." Tolak Vanya dengan halus.

"Mau sampai kapan Van?"

Vanya menoleh lagi-lagi dia tersenyum, "besok bisa bicara di rumah ayah?? bisa ajak Keysha?" Tanya Vanya. Sebenarnya menyebut nama Keysha saja udah malas, karna perempuan itu yang menyebabkan keretakan hubungan Vanya dengan Zean. Ditambah semenjak pertengkaran mereka yang kali ini, Keysha tetap saja gencar mencari perhatian Zean dan lebih bodohnya lagi Zean tetap meladeni sikap Keysha itu.

Zean mengernyit tidak mengerti, "kenapa harus di rumah ayah? kenapa gak dirumah? terus kenapa harus ajak Keysha?" Tanyanya.

"Bisa apa nggak Zen?"

Zean mengangguk lalu mobil putih datang menepi di dekat trotoar. Vanya langsung berjalan pergi tanpa berpamitan dengan Zean yang masih berdiri di situ dengan perasaan sedih. Niatnya ingin memperbaiki hubungan dengan Vanya sepertinya sudah tidak bisa.

Zean melihat ke arah Vanya yang berinteraksi dengan seorang pria yang turun dari mobil guna membuka kan pintu untuk Vanya. Zean juga bisa melihat jelas pria itu tak lain Ezra, sepupu dari Vanya.

Ezra sempat bertatapan mata beberapa saat dengan Zean namun dia mengakhiri kontak mata itu dan langsung masuk ke dalam mobil. Menganggap seolah-olah keberadaan Zean tidak penting baginya.

"Van gimana besok malam, jadi kan berangkat ke Jepang nya?"

Vanya langsung mengangguk dan melepas seatbelt begitu sampai di depan rumah, sebelum turun dari mobil Vanya menoleh ke arah Ezra dan berkata "Ezra, gue minta tolong kalau Zean minta informasi tentang gue? Jangan kasih tau apapun. Gue mau belajar ikhlas soal ini, gue ngalah sama Keysha karna gue udah secapek ini."

VANZEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang