• 15

335 20 0
                                    

         Selama jam olahraga berlangsung Vanya sesekali melirik ke arah Zean yang tengah duduk sambil membaca buku dibanding ikut bermain bola di lapangan.

"Del, menurut lo itu berbekas gak yaa?" Tanya Vanya yang teringat kejadian beberapa hari lalu di malam hari hanya karna bakpia coklat.

Setelah kejadian itu, Zean juga tidak pernah menegur atau sekedar iseng seperti biasanya bahkan bersikap cuek.

"Menurut lo sendiri? plester nya aja masih ada, emang lo tuh gak ngotak!" Kesal Adel yang ikut melihat ke arah Zean.

"Samperin yuk del!!!" Ajak Vanya yang berdiri.

Adel mengiyakan ajakan Vanya dan ikut menghampiri Zean, di samping itu Vanya membawa sebotol air mineral untuk Zean.

"Zen, belajar apaa? kayaknya sibuk banget." Tanya Adel langsung begitu menghampiri Zean.

"Ohh ini del materi buat olimpiade." Jawab Zean dengan ramah berbeda jauh saat menjawab Vanya.

Vanya langsung menaruh sebotol air mineral di sebelah Zean, "ini air buat lo, haus pasti? semoga menang yaa olimpiade nyaa." Ucap Vanya menyemangati Zean.

Zean langsung membereskan buku-bukunya yang berserakan di kursi, berniat pergi meninggalkan mereka. "Del, gue duluan ke kelas kalo Pak Sahar nanyain bilang aja yaa gue mau belajar buat persiapan olimpiade, itu air mineral buat lo aja pasti lo haus." Ucap Zean yang menepuk pundak Adel setelah itu benar-benar pergi tanpa melirik sedikitpun ke arah Vanya.

Adel langsung terdiam di situasi ini rasanya tidak enak karna Vanya hanya ingin mengajak Zean ngobrol meski singkat atau kata-kata pedas yang keluar dari mulutnya yang penting Zean tidak cuek lagi dengan Vanya.

Vanya menahan nangis, hampir seminggu Zean mendiami dirinya. Kemarin Vanya dengan semangat buatin Zean bekal tapi Zean kasih ke Ara saat mereka belajar bareng, selain itu Vanya juga sering naro yoghurt kesukaan Zean di laci tapi lagi-lagi Zean kasih ke Ara.

Dan hari ini, hanya Adel yang dilihat bukan dirinya padahal Vanya berdiri dan masih sehat wal afiat di hadapan Zean lagi-lagi dicuekin bahkan dilirik aja nggak.

Adel langsung mengelus punggung Vanya, "sabar sabar, cowok emang gitu." Ucap Adel yang berusaha menenangkan Vanya.

Vanya langsung mengambil air mineral itu dan berlari mengejar Zean, meninggalkan Adel yang berdiri dengan kebingungan.

Melihat Zean yang masih berjalan menuju kelas dengan seragam yang sudah diganti, bisa ditebak Zean baru saja mengganti pakaian olahraga dengan seragam biasa.

BRUGHH!!!

Sebotol air mineral itu melayang melewati kepala Zean dan berakhir jatuh di hadapannya, dengan rasa jengkel Zean mengambil botol itu dan berbalik badan dia melihat Vanya yang berdiri dengan air mata yang tertahan.

"LO KENAPA SIH CUEKIN GUE?! GUE CUMAN PENGEN PERHATIAN DARI LO, SUSAH BANGET YAA?? SEGITU BENCINYA LO SAMA GUE?"

Vanya mengeluarkan emosinya, lupa kalau ini masih di lingkungan sekolah terlebih dirinya sedikit berteriak dengan rasa kesal yang memuncak.

"Gak usah teriak, bisa?" Ucap Zean dengan suara memelan namun nada memperingati, dia melempar botol itu ke tempat sampah dan berbalik membelakangi Vanya.

VANZEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang