• 9

292 13 0
                                    

    Selepas kejadian perkelahian di sekolah hari itu, Zean sedang berdiam diri di kamar karna kesal dengan papahnya yang menyita seluruh fasilitas miliknya.

"Papah cabut semua fasilitas kamu! Kamu harus perbaiki diri, selama ini papah terlalu biarin kamu!" Omel Rendi ke putra sulungnya.

"Papah mau aku gimana sih?"

Rendi menghela nafas kasar, "perbaiki semua nilai akademis mu! Sikap burukmu itu rubah! Berhenti ngerokok! Berhenti minum alkohol! ATM kamu papah blokir, jadi papah akan kasih kamu uang sangu sekolah." Jelas nya.

Zean mengacak rambutnya dengan perasaan kesal, dia semakin benci dengan papahnya kalo begini!

Dengan hentakan kaki yang keras Zean masuk ke kamarnya dan membanting pintu cukup keras.

Rendi hanya menggelengkan kepalanya dengan pasrah melihat tingkah Zean yang semakin kurang ajar.

Setelah mendengar ocehan dari papahnya, Zean hanya bisa diam di atas kasur menonton film dari laptopnya, perlahan dia menatap isi di kamarnya, lemari kaca yang berisi alkohol atau wine sudah tidak ada, stock rokoknya juga udah tidak ada.

Tokk!!!
Tokk!!!
Tokk!!!

Pintu kamar Zean terketuk, dengan langkah berat dia bangkit dari kasurnya dan membuka pintu kamar miliknya.

Dia terdiam begitu melihat sosok di depan pintu kamarnya ini, itu Vanya! Vanya dengan buku paket sekolah di tangannya.

"Ngapain lo kesini?!" Tanya Zean sedikit ngebentak.

Vanya terlanjur kaget, dia hanya mengelus dadanya mendengar bentakan itu dari Zean. Dia kesini juga bukan cuma-cuma alias diminta Rendi, tanpa rasa sungkan Vanya mau ikut bantu Zean.

"Gue tanya lo ngapain kesini?!"

Vanya mendorong Zean dengan pelan, dia langsung masuk kamar tanpa menjawab pertanyaan Zean.

Meletakkan buku yang dia bawa dengan ransel miliknya di atas meja belajar, dia takut melihat kamar ini meski sedikit berubah karna lemari berisi alkohol sudah pasti disita.

"Gak punya mulut lo buat ngomong?" Zean menutup pintu kamar dan menguncinya, kini dia mengekori Vanya yang duduk di balkon kamar miliknya.

"Gue disuruh sama om Rendi buat bantuin lo kerjain tugas." Jawab Vanya.

"Kalo lo keberatan, lo boleh pulang. Mumpung gue lagi baik hati mempersilahkan lo pergi dari kamar gue." Ucap Zean yang bersandar pada pagar balkon tengah menatap Vanya.

Vanya menggeleng cepat, dia beranjak dari kursi "gue gak keberatan dan gue gak mau pulang!" Tolaknya.

Vanya kembali masuk kedalam, dia meraih ranselnya itu dan beralih duduk di atas kasur. Mengeluarkan semua buku yang dibawanya, melihat laptop yang menyala langsung saja Vanya mematikannya.

"Zean Astara Pratama, sini lo!" Vanya sedikit sinis memanggil Zean.

Sementara Zean heran, tumben ini anak berani sinis dengannya bahkan memanggil dengan nama lengkap.

"Kalo gue gak mau? lo mau apa?" Tantang Zean yang merebahkan badannya di atas sofa dan memejamkan kedua matanya.

"Ih siniiii gakk!!!" Kesal Vanya yang melempar bantal ke arah Zean.

VANZEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang