• 24

273 14 0
                                    

         Sudah seminggu, Vanya menginap di ruang kerja milik sang ayah. Untungnya ruangan itu memiliki fasilitas mewah, bahkan layaknya apartemen. Vanya juga lebih sering menjenguk ayahnya dan mengajaknya mengobrol, menyemangati sang ayah untuk berjuang melawan penyakit yang di deritanya.

Berita bahagianya ialah operasi transplantasi jantung sang ayah berhasil, membuat Vanya bersyukur setidaknya dengan ini dia bisa menghabiskan waktu dengan ayahnya.

Dan dalam seminggu itu juga Vanya tidak masuk sekolah, mengikuti pembelajaran secara online, dia tidak pernah sedikitpun membalas pesan dari Zean.

Perkelahian mereka sudah sampai di telinga Rendi, dia ikut kesal tapi di satu sisi Karina mengingat kan sang suami untuk tidak terlalu ikut campur dalam hubungan putranya itu.

Vanya hanya menerima pesan dari Adel dan Ara selebihnya dia menolak merespon pesan siapapun yang menghubungi nya apalagi teman-teman Zean khususnya Zean.

"Van, mamah bingung sikap Zean belakangan ini diluar kendali. Dia sering pulang malem terus mabuk, bahkan kamarnya sekarang banyak botol minuman keras, dia juga terus-terusan merokok, jarang makan, jarang dirumah." Jelas Karina yang saat ini duduk di hadapan Vanya, mereka berada di ruang kerja Direktur RS Genandra.

Vanya hanya menunduk, tangannya memegang kuat cangkir teh. "Maaf kalau mamah lancang untuk bicara sama kamu soal ini tapi dengan cara kayak gini, apakah komunikasi kalian makin membaik?? pergi nya kamu malah ngebuat peluang besar untuk Keysha masuk ke hidupnya Zean." Lanjut Karina.

Vanya mendongakkan kepalanya begitu mendengar hal itu, Keysha? Yang Vanya dengar dari Adel dan Ara, anak itu sekarang sering nitip bekal ke sekolah di pos untuk Zean dan juga sering  menghampiri Zean di tongkrongan nya.

Karina berpindah duduk di sebelah Vanya, mengambil cangkir teh yang ada di tangan Vanya dan meletakkan nya di atas meja.

"Kamu itu putri dari keluarga besar Genandra, menantu keluarga Astara, begini caramu menyikapi orang yang mau ngerebut posisimu???" Tangan Karina menyelipkan rambut Vanya di belakang telinga sembari mengucapkan hal itu.

"Kalau Keysha berhasil merebut Zean? kamu buat mamah malu, gak begini Zhevanya Genandra..." Lantas tangan Karina menyentuh pelan dagu Vanya, matanya menjadi tajam dan intens menatap Vanya.

"Tapi kayak gini, tegas dalam mempertahankan milikmu!" Ucap Karina penuh dengan penekanan.

"Mamah mau kamu balik kerumah dan kembali menempatkan posisi mu, itu hak dan milik kamu Zhevanya."

Setelah mengatakan itu, Karina beranjak dari tempat dan keluar dari ruangan meninggalkan Vanya yang masih diam di tempat dengan nafas terengah-engah.

Pandangannya beralih ke arah cermin lebar, Vanya bisa melihat dirinya sekarang. Ucapan Karina ada benarnya, itu semua milik Vanya.

•••

"Zen, udah dong ngerokok nya!!! kita mau ujian bentar lagi, jangan kayak gini dong." Devan prihatin dengan temannya itu lantas menarik paksa puntung rokok itu dan membuangnya.

"Gue mau berhenti sekolah aja, bodo amat dah." Jawab Zean yang kembali mengambil satu batang rokok dari kotaknya, dan menyalakan korek api itu.

"Kamu kenapa sih Zen???" Kini, Keysha bertanya dengan khawatir.

"Masih nanya lo?! gara-gara lo makanya dia kayak gini, lo itu benalu antara Zean dan Vanya." Sahut Kevin dengan nada kesal.

VANZEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang