• 36

212 13 8
                                    

     Vanya tengah berbelanja bulanan untuk di apartemen nya, dia memilih tinggal di apartemen baru ketimbang balik kerumah. Setelah balik dari Jepang dan berita kembali nya dia telah ditayangkan di publik kini semua orang termasuk keluarga dan orang terdekat nya terus menghubungi nya.

Sampai di bagian etalase buah-buahan, Vanya mengambil beberapa buah khususnya melon dan semangka buah kesukaan nya. Saat asik memilih buah-buahan, dirinya tidak sengaja melihat dari arah jauh seorang anak kecil memegang payung tengah berdiri dan menunggu seseorang di luar supermarket.

"Anak siapa itu?? Kok tega bener sih ditinggal sendirian, mana hujan lagi." Buru-buru Vanya ke kasir untuk membayar belanjaan nya, setelah membayar belanjaan nya dia langsung keluar dan menghampiri anak kecil itu.

"Halo adek, kok disini sendirian sih?" Tanya Vanya yang berjongkok di hadapan anak kecil itu.

"Nunggu papah ambil uang di ATM tapi lama banget kak..."

Vanya pun mengangguk, lalu mengeluarkan ponsel dari tas nya. "Adek hapal nomor papah nya??" Tanya Vanya.

Anak kecil itu menggeleng lalu menunduk, Vanya bisa melihat sepertinya dia kedinginan. Lantas Vanya pun meraih kedua tangan anak itu dan meniup nya, "dingin yaa??" Tanya Vanya yang tengah meniup kedua tangan kecil anak itu.

"Nama kakak siapa??"

"Nama aku Vanya, kamu boleh panggil aku kakak Vanya. Jadi nama kamu siapa?" Tanya Vanya,

"Ayraa!!!"

"Papah Zean!"

Mendengar nama yang tidak asing, Vanya pun langsung memakai masker dan topi nya. Berusaha untuk menyembunyikan wajahnya dari Zean, iya itu Zean yang datang.

"Maaf yaa, papah agak lama soalnya ngantri. Ayra sama siapa?"

"Tadi kakak cantik ini nemani Ayra disini pah." Jawab Ayra,

"Maaf, permisi." Tanpa berbalik badan Vanya langsung mengambil belanjaan dan berjalan cepat meninggalkan tempat. Sejujurnya Vanya belum siap untuk bertemu dengan Zean, ditambah Vanya kaget kalau anak kecil cantik yang dia ajak ngobrol itu anak Zean.

Itu yang Vanya simpulkan.

"Makasih mbak!!" Ucap Zean sedikit setengah berteriak karna perempuan yang dilihat Ayra sudah masuk ke dalam mobil dengan cepat.

Vanya melihat dari jendela mobil, dia bingung mau sedih atau ikut tersenyum begitu melihat Zean yang tersenyum berbicara dengan Ayra sebelum masuk ke dalam supermarket.

"Benar ya, gadis kecil yang miliki mata indah persis seperti matamu. Anak kamu cantik banget Zen, dia ramah banget, tangannya mungil, sabar banget nunggu kamu diluar tadi." Ucap Vanya yang masih memerhatikan mereka berdua, tanpa disadari air mata nya menetes.

•••

Sudah ada 3 hari Vanya berdiam diri di apartemen tanpa keluar. Udah kayak vampir aja gak mau kena sinar matahari. Gimana ya, mood Vanya dari supermarket waktu itu udah hancur banget.

"Gini amat sih nasib gue, tapi kalo Zean menikah terus punya anak berarti gue dipoligami dong?! Kan gue masih jadi istri sah nya secara hukum dan agama!"

"Minimal kalo mau nikah lagi ngomong kek bangsat! Tau gitu cerai terus gue juga cari yang baru!"

Lontaran kesal dari mulut Vanya keluar semua di pagi hari, emang hari apes gak ada di kalender. Sibuk dengan dumelannya di pagi hari tak lama terhenti karna bel berbunyi.

"Aelah, siapa sih?"

Dengan langkah kesal Vanya membuka pintu dan terkejut karna masih pagi udah ada tamu aja nih. Mana ada adegan diam-diaman segala lagi, kan jadi canggung.

VANZEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang