Lahir di keluarga yang memiliki uang banyak bukan berarti hidupnya sempurna dan itu yang dialami oleh Zhevanya Genandra yang dipertemukan oleh Zean Astara Pratama karna kebencian di masa lalu yang dilakukan oleh orangtua mereka.
"Membenci itu selalu...
Vanya terus memasang ekspresi kesal selama pelajaran berlangsung, bahkan sesekali ditegur Adel karna ekspresi nya itu buat orang di sekitar kurang nyaman.
"Selamat pagi anak-anak."
Wali kelas 12 IPA 1 sebut saja pak Andi itu memasuki kelas dan memotong waktu mata pelajaran biologi, "pagi pak!!" Serempak murid di kelas.
"Kali ini ada murid pindahan dari Singapura, kamu silahkan masuk." Ucap pak Andi dengan melirik ke arah pintu kelas.
Pria dengan ransel hitamnya itu, masuk ke kelas, mata berwarna coklat muda, dengan senyum di lesung pipi membuat siapapun yang melihat akan terpanah, rambut model slick back berwarna hitam pekat.
"Salam kenal, gue Zean Astara Pratama. Panggil aja Zean, gue pindah kesini karna pekerjaan orang-tua."
"Salam kenal Zean."
"Ih Zean ganteng bangett!!!"
"Gila nih orang ganteng banget real anjir!"
Murid perempuan memuji ketampanan Zean tidak dengan Vanya maupun Adel yang terheran-heran dengan sosok Zean.
"Van, marga dia bukan Genandra? lah terus dia siapa cuy?" Bisik Adel.
Vanya masih menatap ke arah Zean, dia juga bingung dengan kehadiran Zean. Berbagai pertanyaan muncul di otak Vanya, hanya satu orang yang bisa menjawab semua pertanyaan nya tak lain sang ayah.
"Zean, silahkan duduk di belakang Vanya."
Murid perempuan menatap iri ke arah Vanya yang bisa duduk dekat dengan Zean, membuat Vanya muak melihat kekaguman mereka terhadap Zean.
•••
Jam istirahat telah tiba, seluruh murid berhamburan dari kelas langsung menuju ke kantin untuk mengisi perut mereka. Tidak dengan Zean Astara Pratama itu, malah bermain basket dengan Raka.
"Lo gak ada maksud lain kan dengan pindah nya lo kesini?" Tanya Raka.
"Kenapa? Lo kira gue ada maksud lain?" Zean bertanya balik dengan kekehan keluar dari bibirnya itu.
Raka menaruh bola basket itu lantas duduk di kursi sembari mengelap keringat yang berjatuhan, "lo dendam sama Vanya?" Tanya Raka.
"Dendam itu gak bakal hilang, gue harus buat dia ngerasain sakitnya di posisi mamah gue. Kurang apasih mamah gue? Putri dari keluarga Genandra, berpendidikan, kenapa bokap gue milih bunda nya Vanya?" Ungkap Zean.
"Terus hubungannya sama Vanya apa? Dia gak tau apa-apa yan, bahkan dia gak pernah tau soal masalah itu, dia aja merasa asing di keluarga Genandra."
"Makanya dari sini gue bakal buat dia tau soal masalah itu, dan dia harus ngerasain sakit dari gue, cuman gue yang boleh nyakitin dia, yang boleh buat dia nangis." Ucap Zean lalu melempar bola ke segala arah dan pergi meninggalkan lapangan basket.
Sementara Vanya sudah makan 2 mangkok bakso, dan nambah 1 porsi lagi, sambil mengunyah pentol di mulutnya, dia terus memikirkan Zean.
"Kalo emang beda marga yaudah kesempatan buat dekat sama dia." Ucap Adel.
"Uhukk!!!"
"Uhuk!!!"
Vanya meneguk air mineral karna keselek, "lo kalo ngomong mikir dulu Adel!" Kesalnya.
"Tapi gue juga bingung anjir, kok beda marga sih sama lo??? dia sebenarnya siapa sih?"
•••
Malam hari Vanya sendiri tengah membereskan isi kamarnya yang cukup berantakan padahal tinggal sendirian tapi sampah bekas cemilan dimana-mana.
Selepas berberes kamar, baru saja mau merebahkan diri di atas kasur tiba-tiba dapat notifikasi chat yang membuat dirinya kembali geram.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dasar cowok gila! Sepupu gila! Ogah sih anggap dia sepupu!" Umpat Vanya yang melempar handphone nya ke kasur.
Begitupun dengan Zean yang tengah duduk di balkon kamarnya sembari menghisap rokok dan alkohol yang selalu menemani dirinya di tiap malam.
"Zhevanya Genandra, gue bakal buat lo nyesal dan lo bakal memohon ampun ke gue."