• 39

202 11 7
                                    

         Zean di dalam mobil dan menunggu Zayn keluar dari tempat latihan, hari ini Zean meluangkan waktunya seharian untuk Zayn. Seperti biasa Zean pasti sebulan sekali meluangkan waktu untuk adiknya itu, kenapa sebulan sekali? Karna Zean sibuk dengan kerjaan ditambah sering keluar kota untuk sekedar bertemu klien.

"Zayn!!!" Panggil Zean yang menurunkan kaca mobil dan melambaikan tangan pada adiknya itu.

"Abangg!!!" Zayn berlari ke arah mobil milik abang nya itu, langsung saja Zayn masuk ke dalam mobil duduk di kursi depan.

Zean membantu memasang sabuk pengaman itu di tubuh kecil Zayn, "mau kemana?? katanya kamu mau makan ramen?" Tanya Zean,

"Iya bang, eh lupa. Bang berhenti dulu bangg!!!" Sontak Zean menginjak rem, langsung saja Zayn turun dari mobil. Apa ada barangnya tertinggal?

Setelah beberapa menit, Zayn terlihat menggandeng Ayra untuk dibawa ke mobil. Langsung saja Zayn membuka pintu kursi penumpang dan ikut duduk di sebelah Ayra.

"Abang lupa kalo Ayra juga satu tempat latihan sama Zayn?" Dumel Zayn,

"Lohh abang kira Ayra gak latihan, biasanya juga ayah nya jemput. Ayra udah ngomong sama ayah?"

Ayra menggeleng lemah, lantas memandang ke arah luar. Zean pun mengintip, melihat tas Ayra sepertinya membawa banyak barang.

"Ayra??? are you okay sayang??" Tanya Zean,

Terdengar isakan pelan dari belakang, adik kakak itu ikut panik apalagi Zean yang langsung saja menepi di pinggir jalan dan menoleh pada Ayra dan Zayn.
"E—emangnya, lahirnya Ayra itu kesalahan besar ya papah Zen??" Tanya Ayra,

"Ayra? siapa yang bilang kayak gitu???"

Ayra mengelap air matanya, "nenek, kenapa nenek jahat sama Ayra? selalu bilang kalo Ayra itu anak pembawa sial. Ayra gak mau lagi dirumah sana, Ayra gak kuat Papah Zen..." Ucapnya,

Zayn menepuk-nepuk pelan pundak Ayra sekedar menenangkannya, "gapapa Ayra, tinggal aja di rumahku. Boleh kan bang??" Zayn beralih menatap Zean yang sedikit menahan amarah, karna hal ini tidak sekali dua kali terjadi tapi sering. Bahkan Ayra pernah menelpon di tengah malam karna ketakutan mendengar perkelahian antara Alex dan mamahnya.

"Ayra, sekarang tenang yaa..."

Setelah merasa tenang, Zean kembali mengemudikan mobil ke tempat makan siang. Dia tidak habis pikir dengan semua ini, Ayra masih kecil harusnya dia tidak mendengar kalimat-kalimat seperti itu.

•••

"Vanya, lo yakin pesan sebanyak ini habis???"

"Lo ragukan kemampuan gue soal makanan Ra?"

Bukannya kenapa-napa sih, tapi ini meja untuk 2 orang aja sepenuh ini. Bahkan ini belum semua nya yang datang, masih ada pesanan yang masih dibuat.

Naura menghela nafas pelan, "kalo gak habis awas aja!" Desisnya. Vanya mengendikkan bahu nya dengan santai lalu menyendok sesuap nasi goreng teriyaki.

"Vanya? makan siang disini juga???"

Vanya mendongakkan kepalanya itu Zean yang baru datang dengan menggandeng 2 bocil, "ehh ini kan kakak cantik itu!!!" Seru Ayra yang langsung mendekat ke arah Vanya.

"Siapa Van?" Tanya Naura lalu menoleh dan mata nya bertatapan dengan Zean. Sendok yang dipegang Naura jatuh begitu saja, Naura refleks berdiri dan menunjuk Zean.

"Naura???"

Vanya yang bingung hanya menatap Zean dan Naura secara bergantian, "Ra, lo kemana aja selama ini?!" Tanya Zean sedikit jengkel.

VANZEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang