• 29

318 11 0
                                    

      Di malam hari Vanya melirik pada jam dinding, menunjukkan pukul pukul 2 malam. Belum ada tanda-tanda Zean pulang, biasanya dia pulang jam 12 meskipun tengah nongkrong di bengkelnya Alex.

Vanya mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alex, dirinya kepikiran tentang ucapan Adel dan Ara sewaktu di rooftop sekolah. Bahkan Vanya terus-terusan menelpon Zean namun tidak ada jawaban.

"Kalo beneran dia sama Keysha sampai jam segini? besok gue labrak tuh cewek, gak tau apa itu suami orang!" Dumel Vanya yang berjalan keluar kamar untuk ke dapur mengambil minuman.

Lampu dapur nyala, menandakan ada orang pasti nya. Vanya pun sedikit mengintip, ternyata itu Zean yang membuka kulkas untuk mengambil minuman.

"Zean??"

Zean langsung menoleh begitu mendengar suara Vanya yang memanggil nya, akhirnya Vanya udah kembali menegurnya tidak cuek seperti kemarin.

"Kamu dari mana?? Alex bilang jam 12 kamu udah balik, kok jam 2 baru pulang??" Tanya Vanya yang ikut membuka kulkas dan mengambil sebotol yoghurt, tengah malam gini paling enak minum yoghurt menurut Vanya.

Masih berdiri di hadapan Zean, dengan raut penuh interogasi. Vanya udah siap melempar yoghurt ini ke wajah Zean kalau jawabannya adalah Keysha.

"Tadi ke apotek dulu beli obat buat bapaknya Devan, karna gak enak langsung pulang jadi aku duduk dulu dirumahnya sambil jenguk bapaknya," jelas Zean yang diangguki Vanya, sementara Vanya meneguk sebotol yoghurt itu tanpa menoleh lagi ke arah Zean.

Vanya melengos pergi begitu saja yang langsung diikuti Zean dari arah belakang, sampai di kamar pun mereka masih diam-diaman bahkan Vanya bukannya kembali tidur melainkan mengambil novel miliknya dan membacanya sambil bersandar pada headbord kasur.

Zean melepas hoodie nya yang ternyata Vanya tengah melihatnya diam-diam, saat Zean melepas kaos nya tersisa celana panjang. Detik itu juga Vanya kaget, ternyata Zean punya perut sixpack bahkan otot pada lengannya cukup kelihatan.

"Njir selama ini suami gue ganteng juga yaa," gumam Vanya yang menutup sebagian wajahnya dengan novel.

Zean berjalan ke tempat tidur, saat itu juga Vanya langsung sibuk membaca seolah-olah tidak melihat keberadaan Zean disitu. Sedangkan Zean sendiri melirik pada Vanya yang fokus membaca novel, kini mereka diam satu sama lain.

"Van?"

Vanya hanya berdeham tanpa menoleh.

"Sampai kapan kita diam kayak gini?? Aku bisa jauhin Keysha kalo itu mau kamu, aku juga udah ngomong ke dia soal postingannya di twitter, aku itu punya kamu Van bukan punya dia,"

Vanya yang awalnya sibuk membaca novel kini menutup novelnya itu dan menaruh di atas nakas di sebelah tempat tidur, mungkin jam segini enak deep talk sama Zean.

Vanya pun memperbaiki posisinya dan kini menatap ke arah Zean, "Zen aku gak ngelarang kamu berteman sama dia tapi jangan berlebihan, menurut aku ini berlebihan... kenapa harus ke kamu terus? dia gak punya orangtua atau keluarga? kalo emang gak punya kenapa gak ke Kevin? Devan? atau Alex? kenapa harus kamu?" Cerca Vanya.

"Soal postingan dia di twitter itu aku marah karna postingannya seolah-olah kalian pacaran, Zen kita belum pernah publish hubungan kita... kalo aja kita publish? mungkin orang bakal hujat Keysha, kamu pewaris Astara sedangkan aku pewaris Genandra, kita lahir dari keluarga yang dikenal oleh publik," lanjutnya.

VANZEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang