Suasana saat ini hening, kepala keluarga besar Genandra yang ikut duduk di antara mereka. Di antara Zean dengan Vanya, itu Keysha yang hanya diam kikuk dia bingung harus apa karna duduk di tengah-tengah kedua keluarga besar ini membuat tubuhnya serasa mati ditambah dirinya sudah ditatap oleh kedua orangtua Zean sejak tadi terlebih Karina sudah menatap tidak suka dengan Keysha.
"Jadi, mau bahas apa ini??" Argan mencoba mencairkan suasana, dia paham putrinya itu gugup saat ini. Argan menggenggam erat tangan Vanya yang terasa dingin.
"Kamu, Keysha?" Tanya sang kakek tak lain Tuan Genandra pada Keysha yang duduk di antara Vanya dan Zean.
Keysha mengangguk tapi masih menunduk.
"Orang tua mu tahu kamu seperti ini?? Maksud saya, dengan menganggu hubungan orang lain?" Cerca Tuan Genandra yang terlihat tidak ingin basa-basi dengan Keysha.
Zean melirik ke arah Keysha yang gemetar ketakutan, dia tidak tahu sama sekali kalau kakeknya ikut andil dalam pembahasan ini. Zean menatap ke arah mamah nya berharap membantu jawab pertanyaan dari sang kakek namun hal itu tidak dipedulikan oleh Karina.
"Sudah berapa lama suka sama Zean?" Tanya Argan,
"Dari smp om." Jawab Keysha,
"Sekarang masih??" Tanya Argan,
Keysha mengangguk masih menunduk. Bibir Vanya bergetar hebat, dia ingin teriak memaki Keysha saat ini tetapi mengingat Zean udah pasti membela nya sama seperti Vanya membentak Keysha pertama kali nya.
Tanpa ada rasa paksaan sedikit pun, Vanya melepas cincin yang terikat di jari manis nya itu dan menaruh di atas meja di depan semua orang saat ini. Air mata nya perlahan menetes, dia tidak tahu akan selemah ini di hadapan ayahnya dan keluarganya.
"Kamu tau gak Zen kenapa aku panggil mamah sama papah dan kakek kesini? Karna aku tau kalau aku gak seberani itu ngomong di depan kamu sama Keysha, aku takut kamu bakal bela dia... Aku takut kamu malah bentak aku bukan dia, aku takut kamu pukul aku bukan dia. Kamu perlakukan Keysha layaknya seorang ratu, tapi kamu lupa kalau aku juga anak yang masih punya ayah dan ayahku perlakukan aku layaknya seorang ratu... Kamu lupa itu Zen..." Ucap Vanya yang menoleh dan menatap ke arah Zean saat ini dengan air mata yang berjatuhan tanpa ada isakan.
"Waktu kamu pertama kenal sama aku, kamu itu kasar. Kamu lupa sama kejadian malam itu?? Kalau bukan papah Rendi yang nolong aku, mungkin aku bisa mati di tangan kamu waktu itu."
Semua orang terdiam, kecuali Rendi yang udah mengusap wajahnya dengan perasaan resah. Argan dan Karina saling melempar tatapan bingung, mereka belum tahu soal ini.
"Tiap kamu marah sama aku yang selalu kamu bilang sifatku itu buruk sekali karna didikan dari keluarga Genandra... Tapi kamu lupa yang mendidik kamu itu mamah kamu juga bagian dari keluarga Genandra, apa seburuk itu Zen???"
"A-aku kira dengan ngasih kamu kesempatan waktu itu kamu bisa berubah buat gak dekat lagi sama Keysha... tapi ternyata n-nggak... aku-" Isakan Vanya mulai terdengar, air matanya terus berjatuhan bahkan Vanya tidak bisa melanjutkan kembali kata-kata nya. Mengingat masa-masa itu benar-benar sakit, ditambah saat itu ayahnya masih dalam kondisi belum sehat. Argan langsung memeluk tubuh Vanya, dia ikut menangis mendengar keluh kesah putrinya selama itu.
PLAKK!!!
Karina langsung beranjak dan menampar Zean. Suara tamparan itu terdengar keras, bahkan tangan Karina gemetaran setelah menampar Zean untuk pertama kalinya. Rendi sontak berdiri dan menahan Karina, tidak terpikirkan kalau Karina akan semarah ini dengan Zean.
Zean merasakan memar dan ngilu di pipi kanan nya itu, sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah. Karina menunjuk ke arah Zean dan Keysha secara bergantian, "kalau kamu masih gak mau pisah sama perempuan ini?! Mamah usir kamu dari rumah!" Bentak Karina.
"Zean... Tolong lepas cincin kamu, ayah rasa kamu sudah tidak berhak lagi untuk membahagiakan Vanya..." Ujar Argan pada Zean. Mendengar itu Zean menggeleng cepat, rasanya tidak menerima ini semua terjadi. Dia langsung bersimpuh di hadapan Argan sementara Argan sudah berdiri dari tempat menggandeng putrinya itu.
Argan menatap orang di ruangan ini satu-persatu, "maaf kami harus pergi." Ucapnya lantas melirik ke arah pelayan yang tengah membawa dua buah koper besar keluar dari rumah. Hal itu membuat Zean makin gelisah, dia takut Vanya pergi jauh dengan cepat dia mengejar Vanya dan Argan yang sudah keluar bahkan Vanya sudah masuk ke dalam mobil.
"Ayahhh! Vanya mau dibawa kemana?!" Zean berusaha membuka pintu mobil itu namun ditahan Argan yang sudah terlanjur sakit hati dengan sikapnya selama ini.
Tanpa menjawab pertanyaan Zean lantas Argan langsung masuk ke dalam mobil dan membiarkan Zean yang memberontak terus-terusan membuka pintu mobil. Segala umpatan terlontar dari mulut Zean, sungguh dirinya hancur melihat ini. Vanya benar-benar pergi meninggalkan nya, tidak ada kesempatan lagi.
"ARGH SIALAN!!! BANGSAT!!!" Maki Zean menjadi-jadi begitu mobil sudah melaju. Keysha yang keluar dan melihat betapa marahnya Zean saat ini, dia hanya bisa menghela nafas. Di satu sisi dia bimbang untuk menentukan ini semua tapi bukankah harusnya dia bahagia karna keinginannya memiliki Zean bisa terpenuhi?
Vanya terus menangis di dalam mobil melihat Zean dari kaca spion mobil, rasa sesak kembali datang. Melihat itu Argan ikut sedih dan merasa bersalah karna mengambil keputusan saat itu.
•••
Bulan demi bulan, hari demi hari yang dilalui Zean selama ditinggal oleh Vanya saat ini yang dilakukan hanya lah fokus sebagai mahasiswa baru. Zean juga cenderung menjadi orang pendiam bahkan terbilang cuek, dia sudah memutuskan komunikasi dengan Keysha setelah kejadian itu.
"Zean!!!"
Zean yang tengah membaca buku di kamar langsung bergegas keluar begitu mendengar teriakan panggilan dari Karina.
"Perut mamah sakit Zen..." Karina menahan sakit di ruang tamu, dengan cepat Zean langsung mengambil kunci mobil dan menelpon papahnya.
Usia kandungan Karina sudah menginjak 9 bulan, buru-buru Zean membawa mobil dan menggenggam erat tangan Karina yang duduk di sebelahnya menahan sakit.
Sampai di rumah sakit, Zean menunggu di depan ruangan sambil melihat handphonenya. Tak lama, papah nya datang dan langsung disuruh masuk ke dalam ruangan untuk menemani kelahiran adiknya itu.
"Zean??"
Zean menoleh ke arah sumber suara, seorang perempuan dengan almamater kampus yang sama dengan Zean. Pastinya anak Kedokteran alias kakak tingkatnya Zean di kampus.
Zean hanya berdeham lalu kembali memainkan handphonenya.
"Lo lagi nungguin siapa Zen?" Tanya perempuan itu,
"Nyokap lahiran," jawab Zean,
"Lo sendiri ngapain disini?" Tanya Zean,
Perempuan itu tersenyum, "lo lupa apa gimana? Gue kan anak kedokteran, yaa kebetulan ada praktek gitu disini."
"Bukan lupa atau gimana sih. Lebih tepatnya gue gak tertarik mau tau lo anak jurusan mana." Ketus Zean, sekedar basa-basi kalau perempuan bernama Elsa Xaviera ini kakak kelas Zean waktu SMP yang sempat suka sama Zean. Bahkan sampai sekarang waktu tau Zean masuk kampus yang sama? Dia terus-terusan main ke fakultas Zean sekedar jalan lah atau curi-curi pandang ke Zean.
Mendengar ketusan Zean membuat Elsa sedikit kesal karna tak jarang Zean ramah dengannya bahkan sama sekali tidak pernah.
[•••]

KAMU SEDANG MEMBACA
VANZEAN
FanfictionLahir di keluarga yang memiliki uang banyak bukan berarti hidupnya sempurna dan itu yang dialami oleh Zhevanya Genandra yang dipertemukan oleh Zean Astara Pratama karna kebencian di masa lalu yang dilakukan oleh orangtua mereka. "Membenci itu selalu...