•1

1.5K 42 2
                                    

     Lahir di keluarga berada dan berpendidikan tinggi, kebutuhan selalu tercukupi, itu semua hal biasa bagi Zhevanya Genandra. Gadis cantik berusia 17 tahun, memilih hidup sendiri di apartemen ketimbang di rumah besarnya itu karna perceraian kedua orangtuanya.

Menduduki kelas 12 SMA saat ini membuatnya menjadi lebih dewasa, Vanya terbiasa melakukan semua hal sendirian termasuk mengurus dirinya sendiri, dia hanya menerima uang dari ayahnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ayah Vanya yang berprofesi sebagai seorang Direktur di rumah sakit besar milik keluarga Genandra, sedangkan ibu Vanya kini menghilang tanpa jejak.

"Zhevanya Genandra!"

"Vanya!"

Vanya masih tenang dalam lamunannya di kelas, sampai guru melempar sebuah spidol hingga mengenai kepalanya.

DUKH!!

Vanya memegang kepalanya itu dan merintih pelan, lalu mengambil spidol hitam itu lantas langsung melirik ke arah datangnya spidol itu.

"Kamu kenapa melamun terus sih? Selama pelajaran bapak, kamu daritadi melamun."

Vanya berbisik dengan teman di sebelahnya itu dengan tatapan bingung, "emang daritadi gue melamun yaa?" Tanyanya.

Temannya itu hanya menghela nafas panjang, "lo bahkan dah dipanggil berkali-kali, gue aja heran kenapa sih lo demen bener melamun?"

"Del? Gue bahkan gak sadar kalo melamun cuy-"

Seisi ruangan dibuat kaget oleh gebrakan meja, guru fisika yang terkenal galak menatap tajam ke arah Vanya yang menyengir tanpa dosa.

"Keluar kamu dari kelas bapak! Kalian berdua! Zhevanya dengan Adelia!"

Adelia Inchafilin Arifin Putri, nama lengkap itu milik sahabat dari Vanya yang kini tengah menatap tajam karna disuruh ikut keluar dari kelas.

Dengan langkah yang berat mereka keluar dari kelas, masih dengan posisi marah Adel hanya diam di depan loker kelas.

"Hehehe, Del jangan marah donggg..." Ucap Vanya yang sedikit takut dengan tatapan Adel.

Adel masih menatapnya dengan tajam, "lo tuh kenapa? kalo ada masalah kan bisa cerita? lo pendam pasti kan? makanya lo di kelas sampai melamun." Tanyanya kemudian bersandar di loker miliknya.

"S—Sebenarnya, a–anuu..." Vanya terbata-bata menjawab pertanyaan dari Adel, bibir dengan lidahnya kaku untuk menjawab.

"Anu anu paan???"

"Nanti malam acara keluarga, gue pengen ajak lo. Lo mau kan del ikut? Gue gak ada temen ngobrol, lo tau sendiri kalo sepupu gue gak suka sama gue paling cuman Raka doang."

Akhirnya sudah jelas alasan yang membuat Vanya harus melamun di kelas hingga disuruh keluar dari kelas.

"Van? Kok lo bisa berpikir kalo sepupu lo pada gak suka?" Tanya Adel.

Karna selama ini Vanya tidak pernah dekat dengan keluarga ayahnya hanya beberapa anggota keluarga yang mengajaknya mengobrol.

"Habisnya gue gak pernah ditegur, gue gak pernah diajak main bareng, gue gak pernah dekat sama mereka kecuali Raka."

VANZEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang