Mata si kembar berbinar saat memasuki ruang penyimpanan cokelat-cokelat yang siap dipasarkan. Bagaimana tidak senang, melihat ada banyak sekali cokelat dengan berbagai rasa. Mereka memaksa sang bunda untuk ikut ke gudang.
"Bunda ..." ucap Aiden dengan nada yang sangat lembut. Airin pura-pura tidak mendengarnya, ia tau maksud putranya.
"Mau cokelat pwease ..." lanjut Aera dengan puppy eyes. Sepertinya kedua anaknya bekerjasama untuk merayunya.
"Apa kata bunda tadi? Hanya boleh ikut ke gudang, gak boleh minta cokelat!" jawab Airin menatap kedua anaknya. Raut wajah keduanya berubah menjadi sedih, Aera menundukkan kepalanya dan Aiden memainkan jari-jarinya. Ini jurus andalan mereka dan ya ... akhirnya Airin tidak kuat melihatnya.
"Oke, baiklah! Ambil cokelat satu bungkus!"
Aera mengangkat wajahnya menatap sang bunda. "Benelan?" tanyanya.
"Iya, sana ambil."
"Yeay! tencuu, Bunda!" ucap Aiden langsung berlari ke arah rak bersi cokelat.
Airin menggeleng-gelengkan kepalanya. Bukannya ia pelit tidak ingin memberikan mereka cokelat, jika kedua anaknya sering makan cokelat, itu akan membuat pencernaan mereka terganggu. Apalagi Aera, ia sering mengalami susah buang air besar jika terlalu banyak mengkonsumsi cokelat.
"Duduk di kursi, bunda mau cek ke sana. Jangan ngambil lagi okay?"
"Iya, Bunda," jawab keduanya.
"Cokelat yang mau dikirim ke Jakarta sudah di packing, Yu?"
"Sudah siap, Bu! ini barangnya, ada tiga dus," jawab pria itu.
"Yang lagi di packing ini mau dikirim ke mana?" Airin menatap karyawannya yang sedang memasukkan cokelat-cokelat ke dalam dus besar.
"Ke Samarinda, Bu. Kalau yang kecil-kecil itu ke Balikpapan."
"Mas Wahyu, ambil cokelat lagi, cokelatnya kurang."
"Oke."
"Gimana dengan cokelat strawberry? banyak peminatnya gak?"
"Banyak, Bu! nih yang mau dikirim ke Balikpapan cokelat strawberry semua. Aku pernah baca komentar-komentar Instagram kita, komentarnya positif, banyak yang suka! apalagi dijadiin toping donat, rasanya gak bikin eneg."
"Wah, Alhamdulillah kalau gitu. Aku senang mendengarnya. Gak nyangka banyak yang suka."
"Bu," ucap seorang wanita mendekati Airin. "Liat si kembar," lanjutnya sedikit berbisik. Airin langsung menoleh menatap ke arah anaknya yang diam-diam mendekati rak cokelat sambil meliriknya. Cokelat mereka sudah habis.
"Ehem." Suara Airin mengejutkan keduanya, dengan cepat si kembar kembali duduk. Hal itu membuat mereka yang melihatnya langsung tertawa.
"Sudah dikasih mau minta lagi. Ya udah, kalian lanjut kerja ya. Lama-lama di sini membuat mereka ingin cokelat lagi."
"Iya, Bu."
"Semangat!" ucap Airin lalu beranjak pergi meninggalkan mereka. "Ayo kembali ke ruangan bunda."
"Ndak ada cokelat tambahan nih, Bun?" tanya Aiden.
"Gak ada cokelat tambahan! Cukup satu saja!"
"Bunda pewet ... Bunda pewet," ucap Aera setelah itu berlari karena Airin ingin mengejarnya.
"Kalau bunda pelit, gak bakalan bunda kasih kalian cokelat. Haiss ..."
Bruk
Tiba-tiba Aera menabrak seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airin, Single Mom (End)
Подростковая литератураTiga hari setelah resmi bercerai, Airin baru tahu bahwa dirinya tengah hamil. Ia merahasiakan kehamilannya dan memilih mengasingkan diri tinggal di sebuah villa yang ada di hutan Kalimantan Selatan. Di sana Airin memulai kehidupan barunya bersama a...