Single Mom: Chapter 20

17.4K 1K 79
                                    

Maaf baru bisa up 😄
.
.
.
Jangan lupa di vote loh
.
.
.
Kalau ada typo kasih tau ya...
.
.
.
Selamat membaca
.
.
.

Airin sudah rapi dengan pakaian sederhana yang biasanya ia pakai untuk ke pabrik. Hari ini rencananya ia akan ke pabrik setelah itu ke toko oleh-oleh miliknya. Besok jika kondisi Janna sudah semakin membaik, maka ia dan keluarga Asiah akan pulang bersama ke Surabaya. Hari ini juga Airin akan menyelesaikan urusan penting di pabrik dan tentu saja memberitahu karyawannya bahwa ia akan jarang ke pabrik.

"Loh, sudah sembuh, Dek? Kamu gak demam lagi?" tanya Airin menatap Janna yang sedang duduk di kursi meja makan.

"Iya dong, Anna sembuhkan walaupun gak minum obat," jawab Janna.

"Syukurlah kalau gitu. Kaki kamu masih sakit?"

"Masih sedikit nyeri, lukanya juga sudah kering kok."

"Mau ke pabrik ya?" tanya Asiah.

"Iya nih, Bu. Biar cepat bisa pulang ke Surabaya kalau urusan di sini sudah selesai," jawab Airin. "Abang sama Aera mau ikut bunda?"

"Aela ikut!" ucap Aera.

"Abang tinggal, mau di cini aja," jawab Aiden sambil mengunyah roti panggang.

"Saya boleh ikut?" tanya Arkan.

"Mau ngapain, Bang? Si Abang pengen modus nih," ucap Janna memicingkan matanya.

"Mau lihat-lihat aja. Ikut ya?" Arkan menoleh menatap Airin.

"Hmmm ... Iya deh, boleh," jawabnya mengangguk setuju.

"Mau bikin apa, Dek?" tanya Ika.

"Kopi, Mbak. Ah iya, Mas mau kopi?" Airin menoleh ke belakang.

Arkan tersenyum, dengan cepat ia mengangguk. "Mau!"

Asiah mengulum bibirnya menyembunyikan senyumnya. Wanita paruh baya itu sedikit berharap Airin menjadi menantunya. Tidak salahkan ia berharap Airin menjadi mantunya, karena sebelum bertemu Airin, Zoya sudah memberitahunya bahwa anak bungsunya itu janda dan pergi dari rumah. Ditambah lagi dengan hadirnya si kembar, membuatnya sangat ingin Airin menikah dengan putranya, jika anaknya menikah dengan Airin, otomatis ia mempunyai cucu dan itu si kembar yang menggemaskan. Ia tidak mempermasalahkan status Airin yang seorang janda, sosok wanita seperti Airin lah yang ia harapkan untuk menjadi istri putranya.

"Ummi ..." ucap Janna. "Kok pagi-pagi sudah melamun? Mikirin Abi ya? Kangen? Duh, kasian LDR sama Abi," lanjutnya tersenyum menatap sang ibu.

"Enggak tuh, ummi gak mikirin Abi. Tadi waktu kamu di kamar mandi Abi kamu video call ummi, ummi sudah gak kangen lagi," jawab Asiah lalu mulai menikmati sarapan pagi.

"Ini kopinya, Mas." Airin meletakkan secangkir kopi di depan Arkan.

"Terima kasih ya," ucap Arkan langsung mulai menyesap kopi itu. "Um .... aroma sama rasanya enak loh," lanjutnya.

Airin tersenyum. "Kopi racikan sendiri, Mas. Kakek punya pohon kopi terus di kelola sendiri. Jadi, semua keluarga besar punya stok kopi olahan sendiri."

"Enak banget kalau gitu, gak perlu beli kopi. Rasanya benar-benar enak, saya suka aromanya yang sangat pekat. Sedikit berbeda dari banyaknya kopi yang sudah saya minum. Bubuk kopinya gak diperjual belikan?"

"Enggak, Mas."

"Arkan pecinta kopi, Nak. Saking sukanya dia minum kopi, sampai niat mendirikan kedai kopi."

"Iya, suka banget. Saya jadi jatuh cinta sama kopi ini."

"Jatuh cinta sama kopi atau sama yang bikin kopi?" goda Janna menyeringai menatap abangnya.

Airin, Single Mom (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang