Suasana malam di rumah Nadine terlihat ramai. Besok akad nikah dilaksanakan, Airin dipaksa menginap karena saat ia menikah, Nadine dan Tasya juga menginap di rumahnya. Menginap menjelang pernikahan, adalah hal yang harus mereka lakukan. Nanti saat Tasya nikah, mereka juga akan menginap di rumahnya.
Keluarga Nadine yang dari luar kota sebagian sudah datang dan menginap di rumah dan sebagian memilih menginap di hotel.
Si kembar ikut sang bunda dan sekarang, kedua anak kecil yang menggemaskan itu sedang bermain bersama keponakan dan sepupu-sepupu Nadine.
"Bagaimana perasaan lo?" tanya Airin. "Akhirnya ... hari itu telah tiba, sebentar lagi lo akan menjadi seorang istri."
"Jujur, gue deg-degan ... takut apa yang gue harapkan tidak berjalan dengan lancar. Tapi, disisi lain gue juga merasa bahagia, gak bisa dibohongi, menikah adalah salah satu keinginan gue. Saat umur gue dua puluh tahun, gue berdoa dan berharap, semoga suatu hari nanti Allah pertemukan gue dengan pria yang tepat, pria yang baik, pria yang bertanggung jawab. Mas Nathan beda banget sama mantan-mantan gue. Kadang gue mikir, apa mas Nathan ini terlalu baik buat gue yang astaghfirullah ini. Gue sadar diri kok, gue gak terlalu baik ahaha ..."
Tasya dan Airin terkekeh mendengarnya, mereka juga merasakan hal yang sama. Mereka tahu bagaimana sifat dan sikap mantan-mantan Nadine.
"Sadar diri juga lo ya? Kasian mas Nathan ahaha ..."
"Sialan." Nadine melempar kulit kacang ke wajah Airin.
"Lewat mas Nathan, Allah pengen mas Nathan yang merubah kamu menjadi lebih baik," ucap Tasya.
"Manusia terlepas dari kesempurnaan, kalau jodoh lo orang baik ... lo harus berusaha menjadi lebih baik," lanjut Airin.
"Iya, akan gue usahain," jawab Nadine sambil mengangguk.
"Nih para cewek, mau ngopi gak?" tanya seorang pria paruh baya sambil membawa teko berisi kopi.
"Gak, Pak. Kalau begadang nanti bangunnya telat," jawab Tasya.
"Siapa tau mau ikut begadang. Bapak bawa ya kopinya."
"Iya, Pak."
"Gue gak sabar ..." ucap Nadine berbaring di lantai dan menjadikan paha Airin sebagai bantalannya.
"Gak sabar apa?" tanya Airin.
"Malam pertama hahaha ... Gue deg-degan."
"Astaghfirullah ... Anak ini." Tasya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku kira gak sabar apaan."
Airin ikut menggeleng-gelengkan kepalanya. "Malam terakhir tidur sendirian, malam besok dah tidur berdua."
"Lo gak ada niat pengen cari teman tidur?"
"Gue punya kok, si kembar biasanya tidur bareng gue."
"Maksud gue suami! Lo gak kesepian apa?" tanya Nadine lagi. Airin berdecak mendengarnya.
"Gue gak pernah merasa kesepian," jawab Airin.
"Masa? Gak rindu se-" Airin langsung menyentil kening Nadine membuat ucapan wanita itu terhenti.
"Sakit! Ish ..."
"Makanya, jangan aneh-aneh!"
"Bunda ..." Aera menghampiri sang bunda.
Airin tersenyum melihat putrinya. "Kenapa, Nak?"
"Onty Nadnad minggil, Aela mau lebahan, Aela ngantuk," ucapnya.
"Aela baring di paha sebelah bunda." Airin menepuk paha kirinya karena paha kanannya dijadikan Nadine bantalan. Aera langsung menurut, jadilah dua wanita berbeda usia itu menjadikan pahanya sebagai bantal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airin, Single Mom (End)
Подростковая литератураTiga hari setelah resmi bercerai, Airin baru tahu bahwa dirinya tengah hamil. Ia merahasiakan kehamilannya dan memilih mengasingkan diri tinggal di sebuah villa yang ada di hutan Kalimantan Selatan. Di sana Airin memulai kehidupan barunya bersama a...