Ini hari pertama si kembar bersekolah, hal yang sudah lama si kembar tunggu akhirnya tiba. Mereka terlihat sangat excited, saking semangatnya, Aera mandi jam lima pagi. Dan sekarang, si kembar sudah dalam perjalanan menuju sekolah, diantar Airin dan juga Arkan.
"Cepetan dikit, Yah!" ucap Aera yang sedang duduk manis di belakang bersama Aiden.
"Ngapain cepat-cepat? Pelan-pelan saja, yang penting selamat," balas Airin.
"Bial cepat sampai, Bunda!" sahut Aiden. Nampaknya mereka sudah tidak sabar sekolah dan bertemu dengan teman-teman baru.
"Bunda punya pertanyaan." Airin mengubah posisi duduknya menatap kedua anaknya yang di belakang. "Kalau Aera atau Abang diajak pulang sama orang yang gak dikenal ... kalian mau?"
"Mau! Bial Bunda sama Ayah ndak usah jemput Aela!" jawab Aera polos membuat Airin menghela napasnya, sedangkan Arkan terkikik mendengar jawaban putrinya.
"Kalau ada yang ngasih permen jangan?"
"Jangan ditolak! Ndak boleh nolak lezeki!" Itu bukan Aera yang menjawab, tapi Aiden.
"Gak usah diterima, Sayang ... itu trik penculik untuk menculik anak-anak. Jadi, kalau ada om-om atau siapapun yang enggak kalian kenal tiba-tiba ngasih permen kalian jangan mau. Nanti kalau kalian ambil itu, dia pegang tangan kalian terus dipaksa masuk ke dalam mobil. Jangan diambil, pergi aja, jangan dekat-dekat sama orang asing," nasihat Airin.
"Kamu jangan nakut-nakutin ih," ucap Arkan lalu mencubit pipi Airin.
"Cuma ngasih tau, Mas. Takut kalau masih ada yang gitu-gitu." Airin menoleh menatap Arkan. "Kalian harus saling menjaga ya, kalau Bunda atau Ayah belum datang menjemput, kalian jangan keluar dari kelas!"
"Iya, Bunda ..." jawab si kembar.
Tidak membutuhkan waktu lama, mereka sudah sampai. Mobil Arkan berhenti di halaman TK, lalu mereka keluar dari mobil.
"Ingat, disekolah gak boleh?" tanya Airin sekali lagi.
"Nyopet!" jawab Aera kembali membuat Arkan tertawa.
"Ih bukan, gak boleh nakal, Sayang. Dengerin apa kata ibu guru! Jangan bandel, harus baik sama teman-teman! Selalu ingat apa kata bunda tadi!"
"Okey, Bun! Bunda tenang saja, Aela ingat kok pesan Bunda."
"Abang awasi Aera, saling menjaga!" Airin beralih menatap putranya.
Aiden mengangguk. "Iya, Bunda ..." jawabnya.
"Hallo kembar ..." Seorang wanita berhijab cokelat menghampiri mereka. "Sudah siap mulai bersekolah?" tanyanya.
"Siap, Bu gulu!" jawab keduanya.
"Titip Aiden dan Aera ya, Bu Naura," ucap Airin menatap wanita seumuran dengannya, dia teman kuliahnya dulu. "Kalau mereka nakal marahin aja."
Naura terkekeh. "Iya, Bu ... Salaman dulu sama ayah bunda."
Si kembar langsung menurut mencium punggung tangan Airin dan Arkan. Airin dan Arkan mencium pipi mereka secara bergantian.
"Ingat pesan bunda!" ucap Airin sekali lagi.
Aera mengerucutkan bibirnya. "Entah sudah belapa kali Bunda bilang gitu. Aela ingat kok," ucapnya membuat ketiga orang dewasa yang ada di depannya terkekeh mendengarnya.
"Siapa tau Aera lupa. Dah sana masuk sama Bu Naura."
"Bye-bye Ayah ... Bunda ..." Aiden melambaikan tangannya.
"Kami masuk dulu ya ..." Naura membawa si kembar masuk ke dalam kelas mereka.
"Gak kerasa banget, mereka sudah sekolah. Rasanya baru kemarin aku melahirkan mereka, sekarang sudah sekolah," ucap Airin menatap kepergian mereka. "Kok cepat banget gedenya, aku gak mau mereka cepat gede hiks ..." Airin mengusap sudut matanya yang tidak ada air mata, ia pura-pura menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airin, Single Mom (End)
Fiksi RemajaTiga hari setelah resmi bercerai, Airin baru tahu bahwa dirinya tengah hamil. Ia merahasiakan kehamilannya dan memilih mengasingkan diri tinggal di sebuah villa yang ada di hutan Kalimantan Selatan. Di sana Airin memulai kehidupan barunya bersama a...