Semenjak hari itu, Airin dan Arkan disibukkan dengan persiapan pernikahan mereka. Tinggal satu minggu lagi hari pernikahan mereka. Segala persiapan semuanya sudah siap, undangan sudah disebar tapi ada dua orang yang belum mendapatkan undangan pernikahan Airin dan kedua orang itu juga tidak tahu tentang pernikahannya. Dua orang itu adalah Tasya dan Nadine, keluarga mereka sudah tahu, hanya saja Airin meminta mereka untuk tidak memberitahunya.
"Maaf, gue telat. Kalian sudah lama?" tanya Airin yang baru saja datang. Saat ini mereka sedang berada di kafe, Airin meminta kedua sahabatnya untuk makan siang bersama.
"Ck, lo mah kebiasaan. Lumutan kami nungguin Lo!" jawab Nadine.
Airin terkekeh. "Ya maaf, tadi waktu gue mau ke sini, ada gangguan."
"Gangguan apa?" tanya Tasya.
"Tuh cowok yang gue ceritain ke kalian gangguin gue lagi. Gak ada capek-capeknya dia."
"Itu tuh risiko orang cantik, makanya jangan cantik-cantik banget lah." Airin memutar bola matanya malas mendengar ucapan Nadine.
"Nanti kalau dia capek berhenti kok. Aku punya hadiah untuk kamu." Tasya mengeluarkan kotak kecil dari tasnya lalu memberikannya ke Airin.
"Gue gak ulang tahun, Sya," ucap Airin mengambil kotak itu.
"Iya, cuma lagi pengen aja. Bukalah ..."
Airin membuka kotak kecil itu, matanya membulat sempurna saat melihat isinya. Matanya tiba-tiba berkaca-kaca, hampir menangis. "Lo hamil?!" pekiknya.
Tasya mengangguk sambil tersenyum. "Iya."
"Alhamdulillah ... duh akhirnya gue punya keponakan baru! Selamat, Sya!" Airin bangkit dari duduknya, lalu menghampiri Tasya dan memeluknya. "Gue senang banget, gue ikut bahagia! Jaga kesehatan lo baik-baik! Semoga kalian berdua sehat selalu dan baik-baik saja." Airin mengusap-usap punggung Tasya.
"Aamiin ... Aamiin ... Iya, Ay ..."
"Lo gak mau ngucapin selamat juga?" tanya Nadine.
Airin melepaskan pelukannya, beralih menatap Nadine. "Lo hamil juga?!" tanyanya tidak percaya.
Nadine tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Ya, gak jauh beda sama Tasya, tapi duluan gue karena gue yang duluan nikah," jawabnya.
Airin langsung memeluk Nadine. "Woah ... Double surprise! Alhamdulillah ... gua tambah senang! Maa syaa Allah ... Dua keponakan segera hadir! Selamat!" ucapnya terdengar sangat bahagia.
Tasya dan Nadine terkekeh geli, Airin seperti anak kecil yang sebentar lagi akan mempunyai adik. Wanita itu terlihat sangat bahagia.
Airin melepaskan pelukannya setelah puas memeluk Nadine. "Lo sudah tahu kalau Nadine hamil, Sya? Dan lo Nad, lo juga sudah tahu Tasya hamil?" tanyanya menatap kedua sahabatnya. Mereka mengangguk sambil tersenyum.
"Ck, kenapa gue baru tahu?"
"Baru sekarang kan kita ketemunya. Lo akhir-akhir ini sibuk sih!" ucap Nadine.
Airin kembali duduk ke kursinya. "Kan bisa ngasih tahu di chat."
"Gak asik ngasih tahu di chat," ucap Tasya.
"Kalian punya kejutan, gue juga punya!" Airin membuka tasnya mengambil dua undangan berwarna biru, lalu memberikannya pada kedua sahabatnya.
"Apa nih?" Nadine langsung mengambil undangan itu. "Airin Putri Amerta dan Muhammad Arkana?! APA INI? INI APA?"
"Astaghfirullah ... gak usah teriak juga!" tegur Airin.
"Ini beneran, Ay?! Kamu gak lagi halu atau ngerjain kami kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Airin, Single Mom (End)
Подростковая литератураTiga hari setelah resmi bercerai, Airin baru tahu bahwa dirinya tengah hamil. Ia merahasiakan kehamilannya dan memilih mengasingkan diri tinggal di sebuah villa yang ada di hutan Kalimantan Selatan. Di sana Airin memulai kehidupan barunya bersama a...