Airin: 32

14.3K 924 79
                                    

Part kali ini lumayan panjang hampir 4000 kata karena ini part spesial untuk kalian semua. Di part kali ini juga, ada tamu spesial yang saya undang untuk hadir di acara pernikahan Airin dan Arkan. Meski sedikit mungkin bisa mengobati rasa rindu kalian dengan mereka.
.
.
.
Mohon koreksi kalau ada typo karena ceritanya panjang siapa tau banyak kesalahan dalam penulisan.
.
.
.
Sebelum lanjut baca vote dulu deh
.
.
.
Selamat membaca!!!
.
.
.

Satu jam yang lalu status Airin sudah berganti menjadi seorang istri. Arkan kini sudah menjadi suaminya. Sungguh membahagiakan bukan? ditakdirkan bersama dengan seseorang yang dicintai, apalagi jika berakhir di pelaminan. Itulah yang Arkan rasakan, ia sangat-sangat bahagia, akhirnya Allah takdirkan mereka bersama, bersama wanita yang ia cintai. Hal yang menyenangkan, pada akhirnya bisa menikah dengan orang yang dicintai. Kini perjalanan babak baru kehidupan mereka baru dimulai.

Masih sulit Airin percayai, pada akhirnya ia membuka hatinya lagi dan menikah, memulai kehidupan barunya bersama orang baru. Dulu, Airin berpikir ia akan selalu hidup bersama si kembar karena pada saat itu, ia tidak pernah memikirkan untuk menikah lagi, baginya bersama si kembar sudah sangat cukup. Namun siapa sangka, ia dipertemukan dengan Arkan dan pria itu tiba-tiba mengatakan bahwa ia menyukainya. Seiring berjalannya waktu, perasaan itu muncul, tidak bisa dibohongi, kedekatan mereka membuat perasaan itu hadir dan akhirnya ... ia pun menerima Arkan.

Pernikahannya kali ini bukan karena terpaksa, tidak seperti pernikahan pertamanya bersama Reyhan. Airin benar-benar menerima Arkan tanpa paksaan. Airin akui, pernikahan kali ini membuatnya bahagia, ini yang dulu ia inginkan dan harapkan, menikah dengan pria yang ia cintai dan pria yang mencintainya.

Dibalik rasa bahagia yang Airin rasakan, ada perasaan sedih, sedih karena pernikahan kali ini tanpa kehadiran sosok sang papa. Papanya tidak bisa melihatnya menikah dengan pria yang ia cintai. Rasa rindu akan sosok sang papa, seringkali ia rasakan.

"Woy!" ucap Nadine membuyarkan lamunan Airin. "Kok diam? Mikirin apa sih? Malam pertama? Lo harusnya gak mikirin itu, kan sudah berpengalaman."

Airin menatap tajam sahabatnya itu. "Sembarangan! Bisa-bisanya lo ngira gue mikirin itu! Pikiran lo kejauhan!"

Nadine tertawa melihat wajah kesal pengantin baru itu. "Siapa tau kan?"

"Ngapain lo? Sana pergi! ganggu aja." Airin kembali mendelik tajam ke arah Nadine yang berdiri di samping panggung pelaminan.

Kini sudah waktunya Airin dan Arkan menyambut para tamu undangan setelah akad nikah dan acara sungkem dengan orang tua mereka. Nadine dan Tasya juga sudah mengucapkan selamat, begitu juga dengan kakak-kakak Airin dan keluarga mereka. Acara mengharukan itu sudah terjadi dua puluh menit yang lalu.

"Kamu sudah sarapan?" tanya Arkan.

"Sudah, jam empat pagi aku makan," jawab Airin. "Mas?" tanyanya.

Arkan menggelengkan kepalanya. "Saking gugupnya, aku gak nafsu makan."

Airin terkekeh. "Nanti kalau lapar bilang! Mas harus sarapan! kalau tiba-tiba pingsan kan gak lucu."

"Aku gak selemah itu sampai pingsan segala gara-gara gak sarapan. In syaa Allah kuat kok."

"Bu Airin ..." Para karyawan Airin yang bekerja di pabriknya datang bersama-sama ingin mengucapkan selamat.

Karyawan-karyawan Airin hadir karena Airin yang memaksa, bahkan ia yang membelikan mereka semua tiket pesawat agar bisa datang ke acaranya. Ika, Laila dan Inah juga datang, tapi mereka datang dua hari sebelum acara dan mereka menginap di rumah Airin.

Airin, Single Mom (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang